Amerika Serikat (AS) berencana menyetop pengiriman chip canggih artificial intelligence (AI/kecerdasan buatan) dari Nvidia atau produsen lainnya ke China. AS berupaya mengantisipasi China yang disebut ingin memperkuat pertahanan militernya dengan teknologi canggih dari AS.
Kebijakan ini akan berlaku efektif dalam 30 hari ke depan. Pemerintahan Presiden Joe Biden juga membatasi penggunaan chip canggih dan peralatan pembuat chip ke negara lain seperti Iran dan Rusia.
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan, langkah ini diharapkan bisa menutup celah dalam peraturan yang dikeluarkan Oktober lalu dan mungkin akan diperbarui setiap tahun. Tujuannya adalah membatasi akses China terhadap Semikonduktor canggih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semikonduktor canggih dapat mendorong terobosan dalam kecerdasan buatan dan komputer canggih yang sangat penting untuk aplikasi militer (China)," katanya, dikutip dari Reuters, Rabu (18/10/2023).
Namun ia menekankan pemerintah AS tidak bermaksud merugikan China secara ekonomi. Dia juga menyebut China masih akan mengimpor semikonduktor dari AS senilai ratusan miliar dolar. Namun perwakilan kedutaan besar China dengan tegas menentang pembatasan tersebut.
"Menerapkan pembatasan secara sewenang-wenang atau secara paksa berupaya memisahkan diri demi agenda politik melanggar prinsip-prinsip ekonomi pasar dan persaingan yang sehat, melemahkan perekonomian internasional dan perintah perdagangan," bebernya.
Dalam laporan Reuters di bulan Juni, chip AI yang dilarang oleh peraturan sebelumnya dapat dibeli dari vendor di Shenzhen, China. Pusat Keamanan dan Pengembangan Teknologi Universitas Georgetown menemukan dalam laporan bulan Juni 2022, dari 97 chip AI yang dibeli melalui tender militer China selama periode 8 bulan pada tahun 2020, hampir semuanya dirancang oleh Nvidia, Xilinx, Intel dan Mikrosemi.
Kemampuan AI yang dibantu oleh superkomputer dan chip canggih, meningkatkan kecepatan dan keakuratan pengambilan keputusan, perencanaan, dan logistik militer.
(ily/kil)