Starbucks menggugat Starbucks Workers United dan afiliasinya atas tuduhan pelanggaran merek dagang. Gugatan tersebut menyusul unggahan media sosial pro-Palestina dan unggahan ulang yang muncul di akun serikat pekerja dengan mencatut logo atau merek Starbucks.
Dilansir dari Business Insider, Jumat (20/10/2023), Starbucks dan kelompok buruh yang mewakili lebih dari 360 toko yang tergabung dalam serikat pekerja Amerika Serikat (AS) saling menuntut atas penggunaan nama dan logo perusahaan.
Starbucks mengatakan, masalah hukum ini puncaknya terjadi ketika serikat pekerja mewakili karyawannya mengunggah ulang pesan media sosial di X, sebelumnya Twitter, yang menyerukan dukungan terhadap Palestina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam gugatan pelanggaran merek dagang yang diajukan pada hari Rabu, Starbucks menuduh serikat pekerja merusak reputasi merek tersebut.
Gugatan tersebut mencakup tangkapan layar dari unggahan yang dibagikan oleh halaman Starbucks Workers United di X dengan judul 'Solidaritas dengan Palestina!'. Di dalamnya menunjukkan sebuah buldoser telah merobohkan sebagian pagar perbatasan di Gaza. Unggahan ulang tersebut kini tidak lagi muncul di halaman grup.
Gugatan Starbucks juga mencakup beberapa tangkapan layar unggahan pro-Palestina yang dibagikan oleh serikat pekerja lokal di Iowa City. Adapun unggahan yang dibagikan masih ada di halaman X lokal pada Kamis sore kemarin.
Starbucks mengatakan, penggunaan 'merek Starbucks, atau variasinya' oleh para terdakwa dalam unggahan tentang serangan tersebut telah menyebabkan masyarakat memberikan pandangan yang salah terhadap Starbucks.
Bahkan, gugatan Starbucks menyebut, pihaknya menerima telepon dari seseorang yang marah dan mengancam akan 'menutup' Seattle Starbucks Reserve Roastery. Tak hanya itu, sebuah toko di Rhode Island dirusak dengan lukisan swastika di pintu depan dan Bintang Daud dilukis di pintu dan jendela luar.
"Starbucks menerima ratusan pengaduan dari pelanggan dan anggota masyarakat lainnya segera setelah kejadian tersebut, mengecam dan memilih Starbucks, bukan terdakwa, karena mendukung Hamas," bunyi gugatan tersebut.
Selain itu perusahaan juga menambahkan, unggahan tersebut telah menyebabkan seruan boikot dari pelanggan. Starbuck juga menuduh, serikat pekerja telah mengkooptasi merek dagang itu untuk menjual tanda, T-shirt, pin, topi, mug, cangkir, dan masker. Padahal, logonya menjadi salah satu yang paling dikenal di dunia sehingga identitasnya sangat melekat dengan perusahaan.
Starbucks Workers United pun akhirnya menggugat balik ke pengadilan federal di Pennsylvania dan meminta agar diizinkan untuk terus menggunakan logo bulat Starbucks Workers United yang berwarna hijau. Serikat pekerja juga membantah mendukung kekerasan.
"Starbucks Workers United tidak membuat pernyataan apalagi beberapa pernyataan yang menganjurkan kekerasan, dan serikat pekerja juga tidak mengambil posisi yang mendukung kekerasan," bunyi gugatan serikat pekerja tersebut.
Selain itu serikat pekerja mengatakan, Starbucks tampaknya merujuk pada postingan tidak sah di akun X milik serikat pekerja yang dihapus setelah 30-40 menit. Serikat pekerja tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Insider.
Sebagai tambahan informasi, awal bulan ini, kelompok militan Hamas melancarkan serangan paling mematikan terhadap Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan perang terhadap Hamas dan melancarkan serangkaian serangan balasan dari Israel. Ratusan orang terbunuh di kedua sisi.
Starbucks sendiri sebelumnya juga sudah sempat menyampaikan pesan kepada karyawannya pada 17 Oktober lalu, tertanda dari Chief Partner Officer Sara Kelly. Pesan tersebut berbunyi sebagai berikut.
"Starbucks dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian, dan kekerasan, dan kami sangat tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan oleh Workers United, termasuk afiliasi lokalnya, pengurus serikat pekerja, dan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai anggota "Starbucks Workers United" - tidak satupun dari kelompok ini mewakili Starbucks Coffee Company dan tidak mewakili pandangan, posisi, atau keyakinan perusahaan kita. Kata-kata dan tindakan mereka adalah milik mereka, dan mereka sendiri."
Lihat Video: Sudah 3.859 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Israel ke Gaza