Dolar AS Menggila, Pedagang Tempe Curhat Beli Kedelai hingga Rp 1,2 Juta/Kwintal

Dolar AS Menggila, Pedagang Tempe Curhat Beli Kedelai hingga Rp 1,2 Juta/Kwintal

Retno Ayuningrum - detikFinance
Jumat, 20 Okt 2023 14:28 WIB
Penjual Tempe di Pasar
Foto: Retno Ayuningrum/detikcom
Jakarta -

Nilai tukar dolar AS terhadap Rupiah saat ini mendekati Rp 16.000. Sejumlah komoditas barang impor diperkirakan mengalami kenaikan, salah satunya kacang kedelai.

Salah satu pedagang tempe bernama Titin mengatakan kenaikan harga kacang kedelai sudah terjadi sejak satu bulan terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, kenaikannya sudah mencapai Rp 200.000 dari harga normal Rp 1.050.000 per kwintal. Hal ini berarti harga kacang kedelai saat ini sudah menyentuh Rp 1.250.000 per kwintal untuk harga yang paling murah.

"Terakhir sekitar 2 bulan yang lalu itu, paling murah Rp 1.050.000 sekarang paling murah Rp 1.200.000 per kwintal. Ya, berarti sekilonya naik Rp 2.000. Naik terus nonstop hampir satu bulan (kenaikan). Jadi, kenaikannya tuh setiap hari Rp 10.000, Rp 20.000 gitu," kata Titin saat ditemui di Pasar Serdang Kemayoran, Jumat (20/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan tersebut berimbas pada produksi tempenya. Sekarang, Titin hanya produksi sekitar 50 kilogram kedelai mentah dari yang biasanya lebih dari itu.

Meski begitu, dia tidak menaikkan harga tempe apalagi mengurangi ukuran tempe. Pasalnya, bisa berkurangnya daya beli.

ADVERTISEMENT

"Sekarang ya gini aja, tetep masih utuh tidak dikurangi ukurannya dari Rp 3000 Rp 5000 Rp 10.000. Dinaikin pun nggak laku, pasar pun sekarang sepi banget. Daya beli masyarakat tuh kurang. Masih utuh aja nggak abis, gimana lagi dinaikkan?" jelasnya.

Harga kedelai yang merangkak ini juga berimbas pada omset. Titin mengaku sering kali menombok bahkan tidak mendapatkan keuntungan. Dalam sehari, dia bisa mendapatkan Rp 900 ribuan untuk produksi 50 kg kedelai. Pendapatan tersebut masih harus dikurangi untuk membeli daun, plastik, membayar upah tenaga, dan kacang kedelai.

"Kita nggak dapat apa-apa. Aturan itu harusnya untung kita, tapi buat kenaikan harga. Ya, jadi kerja bakti lah istilahnya. Kalau ga diterusin langganannya pada bubar. Kalau (harga kedelai masih naik) lebih mungkin nggak tau bisa jualan apa enggak. Kalau yang 50 kg itu udah di ujung tanduk, soalnya nggak nutup, nggak ada untungnya," imbuhnya.

Keluhan serupa juga dirasakan oleh Pendi, salah satu pedagang tempe di Pasar Sumur Batu. Dia mengatakan kenaikan harga kacang kedelai baru terjadi selama sebulan terakhir. Sekarang harga kedelai naik menjadi Rp 13.000 per kg dari harga normal Rp 11.000 per kg. Biasanya, dia membeli kacang kedelai per kwintal untuk produksi tempe.

"Kenaikannya baru-baru ini, tapi naik terus. Sekarang kedelainya Rp 13.000 sekilo, tadinya kan Rp 11.000. Biasanya belinya banyak, per kwintal, sekarang per-kwintalnya Rp 1.300.000," kata Pendi kepada detikcom di lokasi.

Menurutnya, apabila harga kedelai semakin merangkak naik, bisa berpengaruh pada produksi tempe. Belakangan ini saja, dia hanya produksi sekitar 50 kg kacang kedelai mentah dari yang biasanya 80 kg.

Apalagi kacang kedelai yang dibelinya impor. Jika dolar AS mengalami kenaikan, harga kacang kedelainya pun turut naik.

"Ini kan dari impor. Jadinya, kalau dolar naik, ya ikut naik. Kacang kedelai naik jadinya. Nggak bisa pakai kedelai lokal, nggak jadi," jelasnya.

Tidak hanya itu, omset juga terkena imbas. Dalam sehari, dia bisa mendapatkan sekitar Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Pendapatan itu belum dipotong untuk bahan-bahan produksi tempe, seperti kedelai, plastik, daun, dan lain-lain. Meski begitu, dia tidak menaikkan harga jual dan mengurangi ukuran tempe.

"Kalau kedelai naik, ya ngaruh omset-nya. Kalau kedelai naik ya jualnya susah, kurang pembelinya, jadi bikinnya kurang, karena kacangnya mahal," imbuhnya.

Dia berharap harga kedelai bisa kembali stabil sehingga bisa meningkatkan produksi tempe dan omsetnya.

Simak juga Video: Dolar AS Menggila, Sentuh Level Rp 15.550!

[Gambas:Video 20detik]



(das/das)

Hide Ads