Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pelemahan ekonomi di negara besar akan berdampak ke seluruh dunia. Kondisi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) hingga China sangat menentukan.
Sri Mulyani mengatakan jika AS sedang terjadi gejolak maka seluruh negara tetangga akan ikut terkena dampaknya. Begitu juga dengan pelemahan ekonomi China yang terjadi, semua negara siap-siap ikut terseret imbasnya.
"Negara seperti AS itu sedang bersin, seluruh tetangganya kena flu karena begitu dahsyatnya. Atau seperti RRT sekarang lemah, semuanya siap-siap untuk kekurangan darah. Jadi kalau negara besar itu 'bersin', dampaknya ke seluruh dunia," kata Sri Mulyani dalam Kuliah Umum Universitas Diponegoro dan Universitas Negeri Semarang yang dilihat virtual, Senin (23/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani mencontohkan jika AS mengumumkan akan menaikkan suku bunga, tidak sedikit negara yang langsung 'berjatuhan'. Hal itu juga yang pernah dialami Indonesia.
"Kita lihat waktu taper tantrum Indonesia 2013, waktu itu negara AS sedang mengumumkan, kita langsung mengalami tantrum itu ekonominya bergejolak, neraca pembayaran, nilai tukar dan kemudian ekonominya bergerak," ucapnya.
Berbagai tantangan terus dialami seperti krisis keuangan global 2008, perang dagang AS-China 2017, hingga pandemi COVID-19 menyebabkan kontraksi dalam secara global.
Terlepas dari itu, Sri Mulyani mengklaim Indonesia termasuk yang pulih paling cepat bersama India. Ekonomi Indonesia telah tumbuh di atas 5% selama tujuh kuartal berturut-turut, di mana pada kuartal II-2023 mencapai 5,17% secara tahunan (year on year/yoy).
"Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak hanya sekadar menjaga stabilitas, kita juga menciptakan pemerataan waktu terjadi COVID semuanya mengalami kontraksi, namun kita pulih kembali dan memulihkan dari sisi jumlah orang yang miskin, rata kemiskinan dan pengangguran. Itu adalah cara untuk mengelola," imbuhnya.
(aid/ara)