McDonald's Israel Bagikan Makanan, Waralaba di Negara Lain Kena Getahnya

McDonald's Israel Bagikan Makanan, Waralaba di Negara Lain Kena Getahnya

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 24 Okt 2023 08:15 WIB
Chef Ini Jawab Dugaan Patty Burger McDonalds Bukan 100% Daging Sapi
Ilustrasi/Foto: Getty Images/spflaum1
Jakarta -

Ketegangan terjadi di area jaringan restoran cepat saji, McDonald's di Timur Tengah. Kondisi ini terjadi seiring dengan berkecamuknya perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober lalu.

Operator McDonald's lokal Israel telah menawarkan diskon kepada tentara, pasukan keamanan, dan pihak lain sejak serangan militan Hamas. Sejauh ini telah ada 100.000 makanan gratis yang dibagikan, menurut postingan di media sosial.

Atas kondisi ini, banyak operator waralaba di Timur Tengah yang berusaha menjauhkan diri dari kondisi tersebut. Kelompok waralaba di Kuwait, Pakistan, dan negara-negara lain mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka tidak berbagi kepemilikan dengan waralaba Israel. Beberapa waralaba juga menyatakan telah memberikan sumbangan keuangan untuk membantu mereka yang berada di Gaza.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masalahnya adalah model waralaba McDonald's, di mana restoran yang dimiliki dan dioperasikan secara independen mengambil keputusan secara terpisah dari perusahaan. Dalam hal ini, pelanggan mungkin tidak sadar perbedaannya dan percaya bahwa tindakan yang diambil di suatu lokasi selalu disetujui secara resmi oleh perusahaan McDonald's, atau mencerminkan posisi lokasi lain.

Sebagian besar lokasi McDonald's dijalankan oleh operator waralaba lokal. Operator-operator ini dalam banyak hal bertindak sebagai bisnis independen, mulai dari menetapkan upah dan harga dan jika dirasa perlu, memberikan pernyataan atau sumbangan sesuai kebijaksanaan mereka. Namun hal ini berarti perusahaan tidak dapat mendikte bagaimana masing-masing operator merespons krisis.

ADVERTISEMENT

"Saat ini Anda melihat risiko yang ditimbulkan oleh model bisnis tersebut. Kontrolnya berkurang," kata pendiri dan CEO CommCore, Andrew Gilman dikutip dari CNN, Selasa (24/10/2023).

Ketika perselisihan terjadi di Timur Tengah, McDonald's tidak banyak bicara mengenai perang tersebut. Perusahaan mengatakan, mereka memprioritaskan keselamatan para pewaralabanya dan menawarkan dukungan kepada mereka.

Perusahaan juga memberikan sumbangan US$ 1 juta yang akan dibagi rata antara Palang Merah dan Program Pangan Dunia untuk membantu mereka yang berada di wilayah tersebut.

"Merek memiliki kendali atas standar merek mereka, apa yang mereka sajikan dan kualitas layanan dan sebagainya," kata Michael Seid, direktur pelaksana MSA Worldwide yang menawarkan layanan konsultasi waralaba.

"Yang dilakukan McDonald's hanyalah melisensikan sistemnya. Sistem tersebut tidak akan mengatakan kepada pewaralaba, 'Ngomong-ngomong, ada konflik di Amerika Serikat, atau ada konflik di Israel, dan kami tidak ingin Anda melakukan hal berikut.' saya tidak punya kendali itu," sambungnya.

Operator Mcdonald's di Timur Tengah berlanjut ke halaman berikutnya.

Kondisi di Timur Tengah

Namun, banyak pelanggan mungkin tidak menyadari, atau tidak peduli, perbedaan antara operator lokal dan merek korporat. Mereka mungkin hanya melihat McDonald's sebagai McDonald's. Oleh karena itu, sejumlah McDonald's regional mengeluarkan pernyataannya.

"McDonald's Pakistan adalah entitas yang sepenuhnya milik Pakistan yang dimiliki dan dikelola oleh SIZA food," bunyi pernyataan yang diunggah oleh McDonald's Pakistan di X, sebelumnya Twitter.

"McDonald's Kuwait adalah 100% perusahaan Kuwait yang dimiliki dan dioperasikan secara lokal, dimiliki oleh Al Maousherji Catering Company, (berdiri) bersama saudara dan saudari kita di Palestina, khususnya di Gaza," bunyi pernyataan McDonald's Kuwait di X.

Namun demikian, masih ada seruan untuk melakukan boikot secara online, serta laporan vandalisme terhadap lokasi McDonald's di Arab. Tidak peduli seberapa jelas operator waralaba menyatakan posisi mereka, apabila ada yang menghasut toko-toko tersebut bisa dalam bahaya.

Di sisi lain, pendiri dan CEO Red Banyan, Evan Nierman menilai dalam beberapa hal kondisi ini bisa saja menguntungkan McDonald's. Ia menduga, banyak pelanggan McDonald's mungkin tidak terlalu memperhatikan.

"Mereka dapat mengatakan secara kredibel bahwa mereka, sebagai entitas korporasi, belum mengambil posisi apa pun," kata Nierman.

"Saya pikir rata-rata pelanggan McDonald's ingin mendapatkan kentang goreng dan McFlurries, dan tidak terlalu khawatir tentang bagaimana merek tersebut memandang konflik yang terjadi di Timur Tengah saat ini," sambunya.


Hide Ads