Ketegangan terjadi di area jaringan restoran cepat saji, McDonald's di Timur Tengah. Kondisi ini terjadi seiring dengan berkecamuknya perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober lalu.
Operator McDonald's lokal Israel telah menawarkan diskon kepada tentara, pasukan keamanan, dan pihak lain sejak serangan militan Hamas. Sejauh ini telah ada 100.000 makanan gratis yang dibagikan, menurut postingan di media sosial.
Atas kondisi ini, banyak operator waralaba di Timur Tengah yang berusaha menjauhkan diri dari kondisi tersebut. Kelompok waralaba di Kuwait, Pakistan, dan negara-negara lain mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka tidak berbagi kepemilikan dengan waralaba Israel. Beberapa waralaba juga menyatakan telah memberikan sumbangan keuangan untuk membantu mereka yang berada di Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalahnya adalah model waralaba McDonald's, di mana restoran yang dimiliki dan dioperasikan secara independen mengambil keputusan secara terpisah dari perusahaan. Dalam hal ini, pelanggan mungkin tidak sadar perbedaannya dan percaya bahwa tindakan yang diambil di suatu lokasi selalu disetujui secara resmi oleh perusahaan McDonald's, atau mencerminkan posisi lokasi lain.
Sebagian besar lokasi McDonald's dijalankan oleh operator waralaba lokal. Operator-operator ini dalam banyak hal bertindak sebagai bisnis independen, mulai dari menetapkan upah dan harga dan jika dirasa perlu, memberikan pernyataan atau sumbangan sesuai kebijaksanaan mereka. Namun hal ini berarti perusahaan tidak dapat mendikte bagaimana masing-masing operator merespons krisis.
"Saat ini Anda melihat risiko yang ditimbulkan oleh model bisnis tersebut. Kontrolnya berkurang," kata pendiri dan CEO CommCore, Andrew Gilman dikutip dari CNN, Selasa (24/10/2023).
Ketika perselisihan terjadi di Timur Tengah, McDonald's tidak banyak bicara mengenai perang tersebut. Perusahaan mengatakan, mereka memprioritaskan keselamatan para pewaralabanya dan menawarkan dukungan kepada mereka.
Perusahaan juga memberikan sumbangan US$ 1 juta yang akan dibagi rata antara Palang Merah dan Program Pangan Dunia untuk membantu mereka yang berada di wilayah tersebut.
"Merek memiliki kendali atas standar merek mereka, apa yang mereka sajikan dan kualitas layanan dan sebagainya," kata Michael Seid, direktur pelaksana MSA Worldwide yang menawarkan layanan konsultasi waralaba.
"Yang dilakukan McDonald's hanyalah melisensikan sistemnya. Sistem tersebut tidak akan mengatakan kepada pewaralaba, 'Ngomong-ngomong, ada konflik di Amerika Serikat, atau ada konflik di Israel, dan kami tidak ingin Anda melakukan hal berikut.' saya tidak punya kendali itu," sambungnya.
Operator Mcdonald's di Timur Tengah berlanjut ke halaman berikutnya.