Dilema Pedagang Tanah Abang, Naikkan Harga Takut Ditinggal Pelanggan

Dilema Pedagang Tanah Abang, Naikkan Harga Takut Ditinggal Pelanggan

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 24 Okt 2023 14:45 WIB
Pedagang Tanah Abang dilema harus naikkan harga akibat dolar AS menguat
Pedagang Tanah Abang dilema harus naikkan harga akibat dolar AS menguat - Foto: detikcom/Shafira Cendra Arini
Jakarta -

Harga sejumlah bahan baku dan pakaian jadi impor bergerak naik seiring dengan penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah, bahkan mendekati angka Rp 16.000. Hal ini membuat sejumlah pedagang dilema untuk menaikkan harga jual produknya.

Seperti halnya yang dirasakan Dian, pemilik butik pakaian wanita di Pasar Tanah Abang Blok A. Dalam beberapa waktu terakhir, harga pakaian yang ia beli dari improtir naik hingga Rp 10.000 per item. Namun demikian, ia tak menaikkan harga produknya karena takut kehilangan pelanggan.

"Karena kalau kita naikkan dikit aja orang kadang komplain. Otomatis laba penjualan kita yang berkurang jadinya karena harga udah bersaing. Otomatis kan orang ibaratnya sudah jatuhkan harga, berebut konsumen ibaratnya," katanya, ditemui di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (24/10/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Persaingan pun makin ketat ditambah dengan e-commerce maupun toko online yang kerap 'bakar duit'. Dengan mempertahankan harga jualnya alhasil, laba atau keuntungannya pun menjadi korbannya. Dian memperkirakan, untungnya berkurang hingga 50%.

"Toko juga jadinya berani jual di harga reseller. Sebenarnya kasihan juga reseller-nya nanti. Karena begitu orang udah beli langsung ke toko, dapat harga toko langsung, nanti kasihan reseller-nya gimana. Gimana lagi, kita juga butuh pembeli," ujar Dian.

ADVERTISEMENT

Akibat kondisi kenaikan harga dari supplier, ditambah dengan sepinya pengunjung Tanah Abang, jumlah pembeli pun jadi jauh berkurang. Dian pun mencontohkan, ibarat dia bisa belanja ke supplier dalam seminggu 4 kali, kini ia hanya belanja sekali dalam seminggu.

Dilema juga dirasakan oleh Charles, pemilik butik lainnya di Pasar Tanah Abang Blok A. Sedikit berbeda dengan Dini, Charles telah memutuskan untuk menaikkan harga produk jualannya. Namun demikian, menurutnya pedagang juga perlu menyesuaikan dengan kondisi pasar.

Ia pun bercerita, dalam 1-2 bulan terakhir ia semakin banyak menerima pelanggan yang menawar harga dengan meminta potongan yang tak masuk akal. Tak hanya itu, beberapa pelanggannya juga ada yang mempertanyakan dan komplain dengan kenaikan harga produk jualannya.

"Nggak tahu ya semenjak baru-baru ini, orang-orang sering menyamakan barang-barang grosir di lantai bawah, dengan produk butik kita yang dijual satuan. Padahal kualitas dan bahannya juga beda," ujarnya, saat ditemui terpisah.

Langkah kenaikan ini mau tidak mau dilakukannya lantaran harga produksinya naik sekitar 50%. Hal ini didorong dengan kenaikan harga bahan baku hingga membuat modal belanja dan biaya operasionalnya mengalami peningkatan.

"Ada kenaikan harga sekitar Rp 2.000-an satu yard-nya. Kalau dikalikan 50 yard udah berapa juta. Kalau beli bahan itu kan nggak bisa 1 yard, harus banyak, 37 yard, 45 yard, kan kalau dikalikan nambah Rp 2.000 per yard udah lumayan," kata Charles.

Di sisi lain Charles menilai, saat ini harga di pasaran terbilang sudah 'hancur', dalam artian masyarakat kerap menyamakan harga di e-commerce dan toko online dengan produk-produk dagangannya.

Padahal, menurutnya keduanya sangat berbeda dari segi produksi dan kualitasnya. Hal ini menambah kesulitan bagi dirinya dan rekan-rekannya yang hanya mengandalkan toko offline di Tanah Abang.

(shc/kil)

Hide Ads