Jadi Mentan Lagi, Ini Sederet PR Amran Sulaiman Benahi Pertanian RI

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 25 Okt 2023 10:35 WIB
Foto: Dok. Kementerian Pertanian
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik Amran Sulaiman menjadi Menteri Pertanian. Posisi tersebut sebelumnya kosong setelah Syahrul Yasin Limpo mengundurkan diri karena terjerat kasus korupsi.

Amran sendiri pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian periode 2014-2019. Namun, sebagai Mentan baru dia memiliki sejumlah pekerjaan rumah (PR) yang harus dia benahi dalam Kementerian Pertanian.

Pengamat Pertanian dari Institute Pertanian Bogor (IPB), Dwi Andreas Santosa mengatakan salah satu PR yang harus langsung dikerjakan yakni membersihkan dari orang-orang yang kemungkinan bisa menodai Kementan.

Hal ini berangkat dari masalah Mentan sebelumnya SYL dan dua mantan eselon I yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus dugaan korupsi berupa pemerasan dalam jabatan, gratifikasi, dan tindak pidana pencucian uang (TPPU).

"Yang dikerjakan ya bersih-bersih ya dari pejabat eselon I dan II yang harus dibersihkan dulu dari orang yang seperti itu. Ini bersih-bersih dulu dan betul-betul, baru membikin program dan perencanaan," katanya kepada detikcom ditulis Rabu (25/10/2023).

Setelah melakukan bersih-bersih, Mentan yang baru diharapkan bisa membuat program yang bisa memperbaiki pertanian Indonesia. Karena menurutnya persoalan pertanian Indonesia sudah sangat pelik.

"Membuat program nanti bagaimana dilaksanakannya, membikin target yang masuk akal, sehingga sektor tersebut bisa berkembang lagi. Karena yang dihadapi saat ini persoalan sangat pelik terkait sektor pertanian," ungkapnya.

Andreas mengungkapkan bagaimana mirisnya sektor pertanian Indonesia selama 9 sampai 10 tahun terakhir. Produksi padi selama 9 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Bahkan di tahun ini dia memprediksi ada penurunan produksi sebanyak 5%.

"Kalau kita lihat produksi padi selama pemerintahan saat ini kita lihat dari 2014 justru turun. Turunnya hampir 9 tahun terakhir 0,23% pertahun dari tahun 2014 ke 2022 kalau ditambahkan 2023 lebih rendah lagi kalau 2023 dipastikan turun kalau perkiraan saya turunnya 5%, kalau BPS 2,3%," jelasnya.

Selain itu, importasi di bidang pangan juga meningkat tajam selama 10 tahun terakhir. Sejak 2013 sampai 2022, importasi pangan naik dua kali lipat. Pada tahun 2013 impor komoditas pangan US$ 10,1 miliar dan impor pada tahun 2022 telah meningkat ke angka US$ 18,6 miliar.

"Berarti meningkat dua kali lipat dalam tempo 10 tahun. Lalu defisitnya melonjak tinggi. Tahun 2013 defisit perdagangan impor komoditas pangan itu defisitnya 2013 US$ 8,9 miliar. Tahun 2022 US$ 16,2 miliar. Itu menggambarkan kinerja sektor pertanian kita buruk. Pertanian pangan ya bukan pertanian secara umum," ungkapnya.

Dihubungi terpisah, Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian mengatakan sebaiknya sosok menteri pertanian selanjutnya dipilih yang memiliki latar belakang pertanian.

"Sebaiknya pemilihan jabatan penting mesti didasarkan pada background studinya serta keahliannya agar kebijakannya lebih tepat sasaran," ungkapnya.

Karena menurutnya masalah sektor ini sudah sangat kompleks dan membutuhkan sosok yang paham di sektor tersebut. Apalagi, saat ini dibayangi berbagai ancaman salah satunya krisis iklim yang membuat pertanian rentan.

"Masalah di sektor pertanian ini kian kompleks, diibaratkan orang sakit ini sudah komplikasi karena terlalu dibiarkan lama salah arah kebijakannya, sehingga memang membutuhkan kebijakan yang tak populer dan berani untuk bisa memperbaiki kondisi pertanian saat ini," ucapnya.

Simak Video 'Jokowi Lantik Amran Sulaiman Jadi Mentan, Letjen Agus Subiyanto Jadi KSAD':






(ada/rrd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork