Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) luncurkan white paper bertema 'Dari LPEM Bagi Indonesia: Agenda Ekonomi dan Masyarakat Indonesia 2024-2029: Langkah Prioritas untuk Pemerintahan Masa Depan' pada Jumat, 27 Agustus 2023.
Dalam white paper ini dituangkan narasi perekonomian Indonesia melalui 14 artikel yang telah disusun untuk menanggapi berbagai permasalahan perekonomian yang terjadi di Tanah Air dan proyeksi di masa datang.
Dekan FEB UI Teguh Dartanto mengatakan, pemerintah memiliki aspirasi mewujudkan Indonesia Emas 2045 dan menjadi negara maju. Pemerintah Indonesia juga menargetkan keluar dari middle income trap. Untuk itu perlu strategi kuat dan mumpuni, aksi nyata yang masif dan terukur, serta dengan 'amunisi' yang tepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya rasa apa yang dilakukan LPEM ini adalah bagian dari upaya kita menurunkan sebuah mimpi itu menjadi sebuah strategi dan aksi dan juga bagaimana kita membiayai strategi dan aksi itu untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," ujarnya dalam pernyataan tertulis, Selasa (31/10/2023).
Adapun white paper tersebut hadir karena dalam beberapa tahun terakhir dunia telah menyaksikan perlambatan ekonomi global, dengan tingkat inflasi dan suku bunga yang akan terus tetap tinggi.
Selain itu, terjadi gejolak geopolitik serta peningkatan risiko yang dikenal sebagai fragmentasi geo-ekonomi. Sehingga para ahli meyakini bahwa fenomena dalam perekonomian global yang terjadi saat ini akan membawa konsekuensi signifikan secara ekonomi serta perubahan mendasar dalam pengambilan kebijakan dunia.
Selain itu, permasalahan dari dalam negeri juga masih menjadi tugas berat yang menanti pemerintahan ke depan. Dalam white paper juga mengingatkan bahwa Indonesia berpotensi besar terjebak dalam middle income trap.
"Berdasarkan analisa komparasi makroekonomi, kondisi Indonesia saat ini jauh berbeda untuk menuju negara berpendapatan tinggi seperti layaknya Cina, Malaysia, Korea Selatan, Thailand,dan Brasil ketika mereka pertama kalinya masuk dalam kelompok Upper Middle Income," ujar Teguh.
Teguh menyebut data panel rumah tangga selama 20 tahun menunjukkan banyak rumah tangga di Indonesia terjebak di kelas menengah dan gagal naik kelas. Oleh karena itu, menurutnya white paper dapat menavigasi pemerintah mewujudkan aspirasi pembangunan dalam mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan yang adil, makmur, resilien dan berkelanjutan.
"Saya rasa kita juga harus berpikir kritis, mimpi bukan sekadar mimpi. Kalau kita ingin mewujudkan mimpi perlu bekerja keras agar mimpi Indonesia Emas 2045 ini bisa tercapai. Dan kami akan melanjutkan white paper ini menjadi sebuah analisis yang lebih mendalam dan komprehensif," lanjutnya.
Kepala LPEM FEB UI Chaikal Nuryakin menyampaikan kondisi pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam dua dekade terakhir tidak pernah jauh dari 5%. Pertumbuhan kredit per tahun juga tidak pernah lebih dari 15%. Lalu partisipasi kerja perempuan mentok di angka 54%.
Selain itu, rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak pernah melampaui 11%.Bahkan hanya 9,9% dalam satu dekade terakhir. Adapun kontribusi industri terus menurun dan hanya sekitar 18% terhadap PDB. Hal itu disertai kemiskinan ekstrem yang persisten di tingkat 1,7%.
"Jadi isu-isu pembangunan saat ini dan ke depan harus dipetakan. Tentu saja kami juga menawarkan formulasi kebijakan yang optimal untuk jangka pendek dan pencapaian jangka panjang," katanya.
Dia pun mengingatkan, pada 14 Februari 2024 masyarakat Indonesia akan mengadakan hajatan demokrasi terbesar pemilihan umum kepala daerah, dan presiden. Oleh karena itu, peluncuran whitepaper ini mengundang perwakilan tim pemenangan tiga pasangan capres dan cawapres.
Harapannya memberikan gambaran untuk pemerintahan mendatang dalam menyederhanakan pembuatan kebijakan. Sehingga mendorong Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi.
"Lima tahun ke depan adalah lima tahun pertama dalam 20 tahun pencapaian visi Indonesia Emas 2045. Sebagai negara kepulauan besar yang unik dengan keragaman agama, suku-budaya, dan norma sosial, membawa 278 juta penduduk Indonesia melalui koridor sempit untuk menjadi negara maju adalah tidak mudah. Transisi demografi, transisi digital, transisi energi, dan fragmentasi global menambah kompleksitas dalam perencanaan pembangunan," ungkap Chaikal.
Oleh karena itu, dalam white paper tersebut dibahas mengenai membuka potensi ekonomi digital Indonesia. Turut dibahas juga ekonomi kreatif, refleksi kebijakan hilirisasi Indonesia, penghapusan mandatory spending sektor kesehatan, fiscal sustainability, transisi energi dan green economy.
Lalu peningkatan efektivitas program pengembangan pemberdayaan masyarakat di perusahaan batubara, optimalisasi BPJS Ketenagakerjaan, kemiskinan multidimensi, investasi dalam ekonomi perawatan, pendidikan berkarakter adat untuk anak Papua, hingga kesetaraan dalam mobilitas ekonomi.
(ily/rrd)