Jakarta -
Kondisi industri aviasi atau penerbangan di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkap saat ini industri penerbangan mengalami kesulitan avtur atau bahan bakar.
Keterbatasan itu membuat harga avtur semakin mahal. Menurutnya, jika harga avtur bisa turun atau paling tidak sama dengan negara tetangga, maka akan memudahkan industri aviasi saat ini.
"Avtur ini menjadi hal yang paling besar, 40% daripada cost, apabila avtur sama Singapura sangat membantu, kita bisa lakukan sama sama menurunkan harga sama dengan Singapura, itu akan sangat membantu," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menyebut, jika pengeluaran dari industri aviasi ini bisa turun, maka akan membantu perusahaan untuk membeli pesawat tambahan. Pihaknya berjanji akan membahas masalah yang dialami industri aviasi ini dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian ESDM.
Selain itu, Budi mengungkap saat ini jumlah pesawat di Indonesia anjlok dari sebelumnya 650 menjadi 400 saja. Karena itu saat ini jumlah penerbangan di wilayah terpencil menjadi berkurang.
"Untuk semua pihak di sini bahwa dunia aviasi ini sedang mengalami percobaan masalah besar karena setelah adanya COVID maka pesawat-pesawat itu menjadi terbatas bukan karena pesawat terbatas, suku cadangnya terbatas, suplai ini turun secara drastis secara internasional," tuturnya.
Lion Air diminta tekan harga tiket. Cek halaman berikutnya.
Lihat juga Video: Jalin Konektivitas, Lion Air Group Bekerja Sama Dengan GoTo
[Gambas:Video 20detik]
Bos Lion Air Curhat Diminta Tekan Harga Tiket
Keterangan Budi ini menjawab Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi, yang mengaku mendapatkan banyak dorongan untuk segera menekan harga tiket pesawat. Namun, di sisi lain pengeluaran perusahaan melonjak akibat mahalnya avtur.
"Yang terjadi di industri transportasi karena saya banyak sekali permintaan-permintaan untuk bisa menekan harga tiket pesawat. Banyak hal yang dibimbing pak menhub untuk berkolaborasi dengan K/L,"ungkapnya.
Dia berharap kolaborasi antar kementerian dan lembaga (K/L) untuk mengatasi permasalahan industri penerbangan ini bisa segera terselesaikan.
"Dan ini mudah-mudahan bisa segera terlaksana dengan baik, khususnya dengan bahan bakar kemudian finance atau mata uang, kemudian dengan biaya masuk PPN dan PPh, karena industri transportasi udara kami memiliki MRO maintenance prepare organisasi yang overhaul yang kita juga memerlukan kebijakan-kebijakan tersebut," terangnya.
Sebelumnya, Daniel juga pernah mengatakan masalah pemerataan harga avtur juga mendapat sorotan di industri penerbangan. Dia menyebut harga avtur di Jakarta tembus Rp 15.027/liter. Perbedaannya cukup jauh dibandingkan dengan di Semarang Rp 17.000/liter. Begitu pula dengan di daerah lainnya, semakin ke timur semakin mahal.
"Di pesawat kan kita tidak bicara 100 liter, sekali mengisi pesawat saya ke Surabaya 8.000 liter, dikali selisih Rp 2.000 saja itu sudah cost. Nanti ke Papua selisih Rp 3.000," ujarnya, ditemui usai Seminar Hari Penerbangan Nasional di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Kondisi ketidakmerataan harga avtur ini mendatangkan tantangan tersendiri bagi para pengusaha maskapai. Sejumlah maskapai akan memilih untuk mengisi avtur di Jakarta demi menekan beban biaya bahan bakar.