Harga cabai melonjak drastis sepekan terakhir. Kenaikan tersebut membuat beberapa pedagang cabai mengurangi stok agar tidak rugi.
Salah satu pedagang cabai di Pasar Serdang Kemayoran, Jakarta Pusat, Yuli mengaku tidak berani menambah pasokan cabai imbas kenaikan harga. Pasalnya, belum tentu cabainya terjual habis dalam sehari, apalagi harganya tidak stabil.
"Iya belanjanya dikurangi buat pasokan. Nggak berani nambahin takutnya sepi, sudah sepi kemungkinan besoknya turun lagi. Kan jadinya rugi," jelasnya kepada detikcom, Kamis (2/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia bilang, selama sepekan terakhir ini harga cabai naik, tapi mulai turun hari ini meski tidak signifikan. Penurunan harganya pun berkisar Rp 1.000-2.000/kg.
"Kalau misalkan belanja sekian, besoknya harga naik otomatis kita nombokin, untungnya jadi berkurang. Kalau pasarnya ramai sih nggak berasa. Ini pasarnya sepi, yang kan jadi masalah pasarnya sepi," jelasnya.
Hanya pada hari-hari tertentu, Yuli berani menambah stok cabai, misalnya pada Sabtu-Minggu karena pasar lebih ramai pada hari libur dan hari besar. Dia juga mengaku menerima keluhan dari pembeli terkait harga cabai yang melejit.
"Iya, pada bilang kok mahal sih. Kalau cabai mahal justru malah laku. Kalau murah kan, ah masih ada di hemat-hemat aja. Kalau mahal kan mau nggak mau beli karena butuh," jelasnya.
Imbas kenaikan harga juga berpengaruh ke pedagang cabai di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Tobing yang mengaku berdampak pada daya beli konsumen yang menurun. "Pasti ngaruh, daya beli masyarakat juga berkurang yang tadinya beli setengah kilo jadi berapa gitu," kata Tobing kepada detikcom.
Oleh karena itu, dia mengurangi stok cabai agar tidak rugi, dari awalnya 10-15 kg, menjadi 5 kg. Dia berharap pemerintah bisa menstabilkan harga cabai.
"Kalau bisa turun gitu (harga), cuma kalau begini gimana ya kita sebagai pedagang," imbuhnya.
(ara/ara)