Astin meningkatkan kompetensi para petani gula kelapa agar mereka dapat meningkatkan produksi dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka. Seiring berjalannya waktu, Astin melihat peluang bisnis lebih baik. Norhadi menyadari bahwa gula kelapa tidak hanya dapat memenuhi pasar lokal, tapi juga berpotensi menembus pasar ekspor.
Dari pengalaman inilah Astin akhirnya bisa mendirikan CV Hugo Inovasi pada tahun 2019 dengan tujuan melakukan ekspor perdana.
"Saat ini, kami melakukan pendampingan kepada sekitar 1.000 petani binaan, memberikan dukungan berupa pelatihan, penyediaan alat-alat produksi, dengan harapan petani dapat diversifikasi produk, meningkatkan kuantitas dan kualitas produk," kata Astin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendampingan yang dilakukan Astin telah memberikan hasil yang sangat positif. Petani yang tadinya hanya menghasilkan barang mentah berupa nira, kini juga mampu menghasilkan produk bernilai tambah seperti gula cetak, gula cair dan gula kristal.
Untuk dapat sukses menembus pasar ekspor, Astin selalu memperhatikan kualitas produknya. Ia sudah membangun sistem quality control yang tugasnya menjaga kualitas produk. Ia sendiri yang turun langsung memantau kondisi produk di tingkat petani dan melakukan pendampingan yang diperlukan untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga.
"Selain memberikan pendampingan, kami melakukan pertemuan secara berkala untuk berbagai pengetahuan dan wawasan dengan petani untuk menjaga kualitas produk. Pendampingan yang kami lakukan juga ternyata dapat meningkatkan pendapatan petani gula kelapa hingga 30%," katanya.
Hasilnya, produk gula kelapa buatannya sangat diminati oleh pasar internasional. Produk gula kelapa asal Banyumas ini telah menembus 10 negara seperti Amerika Serikat, Spanyol, Ghana, Inggris, Arab Saudi, Bahrain, Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, Malaysia, dan Australia. Hingga saat ini, lebih dari 90% penjualan CV Hugo Inovasi berasal dari ekspor.
Astin bercerita keberhasilan ini tidak lepas dari kecermatan dalam melihat peluang bisnis, kerja keras, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah memanfaatkan pembiayaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melalui program Penugasan Khusus Ekspor untuk mendukung sektor Usaha Kecil dan Menengah Berorientasi Ekspor (PKE UKM). Pembiayaan dari LPEI digunakan sebagai modal kerja untuk memenuhi permintaan buyer dari luar negeri serta meningkatkan kapasitas produksi mereka.
"Kehadiran LPEI di tengah-tengah pelaku UKM seperti kami ini sangat membantu. Selain mendapatkan pembiayaan dari LPEI, kami juga dapat berkonsultasi misalnya bagaimana dalam menyusun laporan keuangan yang baik," ujar Astin.
Ia berharap dukungan yang diberikan LPEI ini dapat meningkatkan kapasitas usaha, memperluas akses pasar, sehingga upayanya untuk terus merangkul lebih banyak petani lokal dapat terus berlangsung serta kesejahteraan mereka dapat terus meningkat.
Simak Video "Video: APINDO Sebut UMKM RI Masih Keterbatasan Akses Modal"
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)