Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency, Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa menguatnya mata uang dolar terhadap rupiah adalah penyebab utama harga semua komoditas yang masih impor melonjak. Karenanya, ia mengatakan peningkatan produksi pangan dalam negeri jadi solusi atas hal tersebut.
"Sama semua satu paket. Pokoknya semua (komoditas) yang ketergantungan sama impor kalau currency-nya (naik) seperti hari ini, ya, begini jadinya," ucap Arief di Komplek PT Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat, Sabtu (11/11/2023).
Oleh sebab itu, Arief menjelaskan bahwa pemerintah saat ini sedang berupaya untuk menjaga ketersediaan komoditas dulu. Soal harga, ia mengatakan kondisinya kini tengah naik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya contohnya seperti komoditas gula pasir yang harganya sudah menyentuh US$ 27 sen atau Rp 423,738 (kurs Rp 15.694) atau per pon.
"Nomor satu adalah availabilty stok dulu. Itu nomor satu. Karena harga dunia sedang naik. Jumlah (harga gula pasir) mencapai US$27 sen atau per pon. Itu (data) terakhir," terangnya.
Oleh sebab itu, Arief menjelaskan bahwa upaya meningkatkan angka produksi untuk berbagai komoditas adalah salah satu solusi yang bisa ditempuh untuk mengatasi hal tersebut.
"Jadi waktunya ningkatin produksi (dalam negeri)," terangnya.
Adapun berdasarkan catatan detikcom, sejumlah komoditas yang masih impor adalah beras, kedelai, jagung, daging sapi dan kerbau, hingga bawang putih. Dua di antara komoditas tersebut pun sedang melonjak tinggi. Keduanya adalah kedelai dan bawang putih.
Menurut data Panel Harga Pangan milik Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Sabtu (11/11) pukul 13.43 WIB, harga rata-rata kedelai biji kering (impor) meningkat dari Rp 12.700/kg pada Jumat (10/11) menjadi Rp 15.000/kg hari ini secara nasional.
Sementara bawang putih bonggol, meningkat dari Rp 50.000/kg pada Jumat (10/11) menjadi Rp 60.000/kg hari ini secara nasional.
(eds/eds)