Berkaca dari Kasus Tiket Coldplay, Kenapa Calo Masih Merajalela di RI?

Ignacio Geordy Oswaldo - detikFinance
Selasa, 21 Nov 2023 09:54 WIB
Foto: Calo CPNS Cari Mangsa (Fauzan Kamil/tim infografis detikcom)
Jakarta -

Praktik calo masih merajalela di Indonesia. Terakhir, praktik calo seperti ini banyak merugikan orang yang ingin menonton konser band ternama asal Inggris, Coldpay, dengan menjual tiket palsu.

Mengapa praktik calo masih merajalela di Indonesia?

Pakar Ekonomi dan Bisnis Rhenald Kasali mengatakan pada dasarnya praktik calo merupakan orang atau pihak-pihak yang menjadi perantara antara pembeli dengan penjual.

Menurutnya hal ini dapat terjadi lantaran adanya kondisi pasar yang tidak tertata dengan baik, seperti jumlah permintaan atas suatu produk atau jasa jauh di atas ketersediaan yang ada. Akibatnya banyak orang yang ingin membeli produk atau jasa harus berebut dan menggunakan jasa calo.

Karena hal inilah ia beranggapan praktik calo masih terus merajalela di Tanah Air. Termasuk di antaranya seperti yang terjadi di kasus penjualan tiket konser Coldplay, di mana jumlah tiket yang dijual jauh lebih sedikit daripada jumlah penonton yang ingin membeli tiket.

"Calo adalah Middleman, atau orang tengah (perantara). Selama market tidak tertata dengan baik, calo selalu ada. Tidak tertara baik artinya demand (permintaan) jauh di atas supply, dan pembeli resmi harus rebutan, yang rebutan saja tak dapat," kata Rhenald kepada detikcom, ditulis Selasa (21/11/2023).

"Selama ada yang bersedia bayar lebih, maka calo akan hadir ikut merebut pembelian, adu cepat, habiskan atau kuasai supply-nya. Tentu mereka kuasai caranya sehingga jauh lebih pandai dari awam yang cuma beli sekali-sekali," tambahnya

Meski begitu, Rhenald menjelaskan bila calo merupakan praktik bisnis yang tidak resmi. Karenanya praktik ini bisa menjadi legal ataupun tidak legal bergantung pada kondisi dan situasi. Menurutnya praktik ini menjadi legal bila yang bersangkutan mendapat izin dari penyedia produk atau acara dan bersifat resmi.

"Legal itu berbadan hukum, ditetapkan secara resmi, ditunjuk pihak yang punya kegiatan, dengan harga market, mereka hanya ambil komisi. Jadi harga tak beda dengan yang dibeli langsung. Bahkan seringkali mereka menjadi sale agent," jelasnya.

Namun praktik ini jadi berkonotasi negatif hingga dalam beberapa kasus menjadi ilegal karena para calo memanfaatkan celah supply dan demand yang besar tadi untuk meraup untung dengan menaikkan harga jual setinggi mungkin.

"Calo adalah istilah yang bertendensi negatif, karena mereka mengambil keuntungan dari gap (celah) supply-demand tadi dan adanya orang yang bersedia bayar lebih, atau adanya orang yang sudah beli tapi tak jadi nonton dan ingin menjualnya," ungkap Rhenald.

Bahkan dalam kasus tertentu seperti yang terjadi pada penjualan tiket konser Coldplay, Rhenald mengaku hingga saat ini masih banyak calo yang sampai menipu para calon pembeli. Tentu menurutnya tindakan-tindakan seperti inilah yang secara jelas melanggar hukum dan membuat kesan terhadap calo semakin negatif.

"Bahkan tak sedikit dalam ticket war, mereka melakukan penipuan. Mereka memanfaatkan orang yang percaya bahwa mereka bisa dapat tiket, namun sesungguhnya tidak dapat. Mereka hanya memanfaatkan keinginan membayar mahal konsumen, lalu menghilang," katanya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Rhenald berpendapat pihak produsen atau penyelenggara perlu menyediakan produk atau jasa yang diinginkan masyarakat untuk menjaga keseimbangan antara supply dengan demand.

Selain itu pihak penyedia produk atau jasa juga bisa memberikan sejumlah hambatan bagi para calo dengan membatasi jumlah pembelian, perlunya identitas yang jelas di setiap pembelian. Dengan begitu secara alami permasalahan calo ini dapat ditekan.

"Kecuali panitia sediakan bangku lebih banyak, frekuensi lebih sering seperti konser Taylor Swift di Singapore yang diberi 6 hari. Jadi supply-nya banyak," kata Rhenald.

"Ada hambatan bagi calo untuk jualan di online. Maka harus dibuat hambatan-hambatan seperti jumlah maksimal yang bisa dibeli, identitas jelas, nomor bangku, harus sediakan a, b dan c. Pokoknya dipersulit untuk yang mau spekulasi," tutupnya.

Simak juga Video: Janji-janji Palsu Ghisca Debora Si Penipu 2 Ribuan Tiket Coldplay







(fdl/fdl)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork