.webp)
Hingga saat ini masalah finansial yang dialami masyarakat perdesaan belum banyak berubah. Masih banyak warga di pelosok yang terjerat jasa pinjaman uang tak resmi atau yang sering disebut rentenir.
Bahkan seiring dengan era digital, tak sedikit masyarakat yang malah 'ketagihan' hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran setan pinjaman online (pinjol) ilegal.
Hal ini diakui oleh Asdar (38), salah seorang warga Desa Tritiro, Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira di setiap kampung ada (yang pinjam ke rentenir)," katanya saat ditemui detikcom dalam program Jelajah Desa BRILian beberapa waktu lalu.
Prihatin melihat kondisi tersebut, membuat Asgar tergerak untuk menjadi agen BRILink yang juga melayani pembiayaan ultra mikro atau UMi. Diketahui, UMi merupakan produk dari Holding Ultra Mikro (UMi) yang diinisiasi oleh tiga entitas Kementerian BUMN, yaitu BRI, Pegadaian, dan PNM. Program ini menyasar usaha mikro yang difasilitasi oleh BRI, dengan bunga dan plafon yang lebih rendah.
"Salah satu alasan saya menjadi agen BRILink untuk menolong masyarakat, kalau ada lho pinjaman yang resmi, murah, dan lebih terjamin. Lain halnya dengan pinjol," tuturnya.
 Agen BRILink yang juga sebagai Mitra UMi. Foto: dok. Pradita Utama/detikcom |
Asgar berharap kehadirannya sebagai agen dan mitra UMi dapat menjadi perpanjangan tangan BRI untuk membantu tetangga. Dengan begitu mereka bisa lepas dari jeratan pinjol dan rentenir yang dinilainya merugikan. Apalagi menurut Asgar proses pengajuan pinjaman UMi mudah dan cepat.
"Saya mendaftar sebagai agen UMi, menjadi penengah. Artinya ada suatu (alternatif pinjaman) yang lebih baik, terkait bunga yang lebih ringan daripada bunga di rentenir. Agen UMi itu baik, selain itu aksesnya mudah (dan dekat, proses pencairan juga cepat. Saya sebagai agen menjadi frontliner untuk memfasilitasi pinjaman tersebut," tuturnya.
Selama menjadi Agen UMi, Asdar mengatakan dirinya bisa melayani sampai 40 orang. Sedangkan untuk layanan BRILink, dirinya bisa melayani hingga 150 orang setiap harinya.
Adapun untuk perputaran transaksinya, Asdar mencatat adanya transaksi hingga Rp 1,8 miliar per bulan untuk BRILink dan Rp 50 juta per bulan untuk UMi. Dari hasil tersebut, Asdar mengakui dirinya merasakan bukan hanya bisa membantu warga tetapi juga menambah penghasilan setiap bulan. Bahkan kini dia bisa mampu membeli tanah yang akan dibangun untuk rumah senilai Rp 152 juta secara tunai.
 Agen BRILink yang juga sebagai Mitra UMi. Foto: dok. Pradita Utama/detikcom |
Sementara itu, Kepala Unit BRI Tanah Lemo Farida Hairin menjelaskan pinjaman UMi diperuntukkan bagi nasabah yang tidak terfasilitasi lewat kredit usaha rakyat. Karena itu plafonnya dibuat lebih rendah dengan jangka waktu pembayaran lebih pendek.
"Perbedaannya, dari (segi) plafonnya, KUR untuk mikro Rp 100 juta, sedangkan UMi Rp 10 juta saja. Jangka waktunya untuk KUR jangka panjang (bisa) tahunan, (kalau) UMi bisa harian," terangnya.
Dia menyebut untuk mendapatkan pembiayaan UMI mudah. Adapun syaratnya calon debitur merupakan warga negara Indonesia (WNI). Selain itu juga memiliki KTP, Kartu Keluarga, surat nikah bagi yang sudah menikah, dan surat keterangan usaha.
"(Ada) nomor KTP teregistrasi di capil, pasti memiliki usaha, dan harus memiliki izin usaha dari pemerintah setempat," terangnya.
Sekadar diketahui, detikcom bersama BRI tengah mengadakan program Jelajah Desa BRILian yang mengulas potensi dan inovasi desa di Indonesia baik dari segi perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata serta dampaknya terhadap masyarakat lokal maupun nasional. Untuk mengetahui informasi program Desa BRILian lebih lanjut, ikuti terus informasinya hanya di jelajahdesabrilian.detik.com!
(prf/ega)
