Calon Presiden Anies Baswedan mengkritik proyek food estate era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurut Anies, food estate cenderung membuat negara menguasai produk secara sentralistik.
Selain itu kepastian hasil tani hanya untuk petani di kawasan food estate. Oleh karena itu salah satu agenda pangan yang bakal dibawa Anies jika menang bukanlah food estate melainkan contract farming.
"Saya ingin sampaikan fokus kita ke depan kita tidak akan mengkonsentrasikan kepada food estate, justru kita ingin contract farming itu dibangun untuk Indonesia ke depan," ujarnya dalam Konferensi Orang Muda Pulihkan Indonesia, disiarkan YouTube WALHI Nasional, Sabtu (25/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengapa food estate ini bukan menjadi opsi? Karena ini adalah pendekatan di mana negara menguasai produksi secara sentralistik. Yang kedua kepastian hasil tani hanya pada mereka yang berada pada kawasan food estate," tambahnya.
Anies menyebut yang dibutuhkan Indonesia adalah memberdayakan para petani. Menurutnya petani harus mendapatkan kesetaraan kesempatan agar produknya ikut dalam pasar pertanian di Indonesia.
Contract farming, jelas dia, mengubah sistem yang tadinya sentralisasi menjadi desentralisasi. Sementara petani yang selama ini sudah punya peran akan didorong agar memainkan peran yang lebih besar.
"Yang tadi dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Kita justru mendorong petani-petani yang sudah berperan selama ini, mereka memainkan peran yang lebih besar," tuturnya.
Dalam kesempatan itu mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut produksi pertanian penuh dengan kepastian. Misalnya suplai pupuk yang tidak pasti, harga yang tidak pasti, atau pembelian pupuk subsidi yang rumit.
"Karena saat ini kita menyaksikan ini teman-teman di pedesaan pasti tahu persis, produksi pertanian kita penuh dengan ketidakpastian. Menjadi petani itu pupuknya suplai tidak pasti, harganya tidak pasti, yang dengan subsidi lebih rumit, banyak lagoi problem di situ," pungkasnya.
(ily/hns)