Nelangsa Starling di Musim Hujan, Rela Basah Kuyup Cuma Dapat Rp 50 Ribu

Lipsus Kampung Starling

Nelangsa Starling di Musim Hujan, Rela Basah Kuyup Cuma Dapat Rp 50 Ribu

Ignacio Goerdi Oswaldo - detikFinance
Minggu, 10 Des 2023 20:45 WIB
Jaroy, Pedagang Starling
Jaroy, Pedagang Starling. (Foto: Ignacio Geordi Oswaldo/detikcom)
Jakarta -

Omzet pedagang kopi keliling atau yang lebih dikenal sebagai starling terus mengalami penurunan selama musim hujan. Hal ini dikarenakan sedikitnya karyawan perkantoran atau warga sekitar yang keluar saat hujan hanya untuk membeli segelas kopi.

Setidaknya itu yang dirasakan oleh salah seorang pedagang starling, Jaroy. Bahkan saat hujan turun alih-alih berteduh atau berhenti berjualan, Jaroy lebih memilih untuk bertahan di tempat biasa ia berjualan yakni di sebelah Plaza Atrium Senen, tepatnya di dekat jembatan penyeberangan (JPO) Plaza Atrium menuju Pasar Senen.

"Sekarang musim hujan sepi (pembeli), karena hujan orang jadi jarang keluar. Kalau hujan ya bertahan di sini hujan-hujanan. Semalam kena hujan, kan deras semalam dari jam 11 sampai jam 1. Ya (badan) basah semua, tapi mau gimana lagi? Ya kasihan keluarga di kampung kalau nggak jualan bertahan gitu," kata Jaroy saat ditemui detikcom, Selasa (5/12/2023) kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaroy sendiri mengaku biasa berjualan mulai pukul 2 siang hingga pukul 2-3 pagi setiap harinya. Bahkan saat sakit, ia tetap memilih untuk berjualan hingga subuh agar bisa melanjutkan hidup dan memberi makan keluarga yang ada di kampung.

"Biasanya sore, jam 2 habis Sholat Dzuhur berangkat. Sampai jam 2 jam 3 malam pulangnya ke Kwitang. Meski sakit wajib berangkat, takut nggak makan," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Sayang jerit payahnya sering kali tidak membuahkan hasil yang diinginkan. Meski harus ia harus hujan-hujanan dan berjualan hingga dini hari, sering kali Jaroy hanya menjual beberapa gelas kopi.

"Penghasilan nggak mesti, kadang Rp 50.000, kadang Rp 80.000 gitu. Itu (pendapatan) kotor, bukan bersih karena masih harus belanja sama bos (agen) buat besok. Apa yang habis belanja buat besok (jualan lagi),"

Senada dengan yang disampaikan Jaroy, Nia selaku salah satu agen di kampung Starling juga membenarkan bila penghasilan para pedagang kopi keliling ini menjadi seret saat memasuki musim penghujan. Bahkan menurutnya tidak jarang para pedagang starling ini sepi pelanggan meski sudah berkeliling menggunakan sepedanya seharian.

"(Memang saat musim hujan pendapatan tukang starling menurun?) iya, terus pendapatannya sedikit. Kandang pun yang keliling kan cuma keliling doang nggak ada yang beli juga, kalau mangkal Alhamdulillah (masih ada sedikit pemasukan) kan," kata Nia.

Dijelaskan, saat memasuki musim hujan kebanyakan karyawan kantoran di kawasan Jakarta Pusat yang biasa membeli kopi-kopi starling ini jadi lebih sedikit keluar. Selain itu saat hujan banyak juga tukang starling yang harus hujan-hujanan atau berteduh di suatu tempat sehingga tidak bisa berjualan dengan maksimal.

"Kalau hujan kadang ada yang kehujanan, kadang ada yang neduh, ada juga yang nggak jualan. Kalau hujan lebat nggak jualan dia," ungkapnya.

Bahkan Nia sendiri mengaku ikut merasakan penurunan pendapatan dari para pedagang starling ini, sebab banyak dari mereka yang jadi lebih sedikit saat berbelanja di tempatnya. Dari yang biasa belanja sehari sekali jadi dua hari sekali atau bahkan hanya membeli gelas plastik karena kopi yang dijajakan masih belum laku.

"Karena kan sekarang musim hujan, jadi orang pada nggak beli. Anak-anak (tukang starling) tuh pada belanjanya dikit. Kadang dua hari sekali, kadang belanjanya gelas doang," jelas Nia.

(das/das)

Hide Ads