Di salah satu sudut ibu kota, tepatnya di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, terdapat sebuah permukiman padat penduduk yang penghuninya berprofesi sebagai pedagang kopi keliling alias starling. Kawasan ini seringkali disebut-sebut sebagai 'Kampung Starling'.
Sejatinya kampung yang satu ini tak sulit untuk ditemui. Namun kawasan ini terselip di tengah bangunan-bangunan tinggi Ibu Kota yakni di antara Markas Komando (Mako) Marinir dan juga Hotel Aryaduta, tepatnya diapit oleh Kali Ciliwung dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta.
Bentuk kawasan ini sebetulnya seperti gang sempit yang banyak terdapat di Jakarta. Tepat di depan gang ini berdiri sebuah gapura bertuliskan, "Selamat Datang di Kawasan Pedagang Kopi Keliling" yang seakan menjadi penjelas keberadaan Kampung Starling.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Awal Mula Kampung Starling
Seorang agen kopi starling Nia membenarkan bahwa kawasan ini disebut sebagai kampung starling karena banyaknya pedagang kopi keliling yang tinggal di kawasan ini.
Ia bercerita sedari awal kawasan ini memang sudah banyak ditinggali para perantau yang membuka usaha kecil-kecilan alias berdagang. Namun siapa sangka usaha kecil-kecilan para perantau ini ternyata cukup membuahkan hasil.
Akhirnya banyak di antara para perantau ini yang kemudian mengajak kerabat, teman, atau kenalannya dari kampung untuk ikut merantau dan buka usaha di Jakarta. Hal ini juga lah yang membuat para perantau itu jadi berkumpul dan tinggal di kawasan yang sama, termasuk di kawasan Kwitang ini.
"Ada yang saudara, ada yang (kenalan) beda kampung, tapi ya satu daerah sih cuma beda desa. Dari tahun 2000an kali ya, bawa satu dua orang, makin pesat makin pesat (bawa kenalan lain), jadi makanya pesat di sini, banyakan di sini (penjual) kopi starlingnya," ucap Nia kepada detikcom, ditulis Minggu (10/12/2023).
Karena hal inilah kawasan tersebut jadi dipadati para pedagang kopi keliling selama bertahun-tahun. Kesan banyaknya pedagang starling yang tinggal di gang tersebut terbawa hingga sekarang dan membuat kawasan ini banyak dikenal sebagai kampung starling.
Mayoritas Berasal dari Madura
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, para perantau yang datang dan berdagang di Jakarta kerap kali membawa kerabat atau temannya dari kampung Halaman. Kampung yang dimaksud merupakan Pulau Madura.
"Karena dari dulu ya dari pulau Madura itu ada yang bawa saudaranya pindah ke rantauan (Jakarta) jadi pedagang. Dagangnya cuma kecil-kecilan, ternyata besar kaya pesat (pertumbuhan usahanya) gitu lho, jadi ya makin besar makin besar bawa kenalan lagi dari kampung ngumpul semua di sini," jelas Nia.
Secara spesifik, ketau RT bernama Iwan tadi mengatakan para pedagang itu utamanya dari salah satu kabupaten di Pulau Madura, yakni Sampang. Sehingga mayoritas pedagang kopi keliling yang tinggal di kawasan ini berasal dari tanah Madura.
"Jadi kalau ini orang-orang Sampang (salah satu Kabupaten di Pulau Madura) semua. Jadi antara kita aja, misalnya abang mengajak saudara 'oh lumayan nih hasilnya jualan kopi keliling' dari pada saudara-saudara (di kampung) menganggur kan 'ayo dagang kopi aja di Jakarta yuk ikut saya' umpanya," kata Iwan.
Meski begitu, Iwan menjelaskan pada awalnya para perantau asal Madura ini tidak langsung berjualan kopi keliling seperti sekarang. Menurutnya, sebelum tahun 2009 warga kampung ini mayoritas berjualan minuman botol.
"Kalau dagang ini memang sudah lama, tapi nggak starling, bukan pedagang kopi. Dulu nggak seperti ini (dihuni para pedagang starling), dulu kan pedagang teh botol mereka itu," kata Iwan
Pedagang Starling Bisa Tinggal Gratis
Para pedagang starling yang menetap di kampung starling bisa tinggal secara gratis. Sebab sedari awal tempat tinggal para pedagang kopi keliling ini memang disediakan oleh para agen, walaupun ada juga tempat tinggal yang berbayar.
Nia menjelaskan para agen ini membagi tempat tinggal para pedagang menjadi dua, yakni kamar untuk bujangan (sendiri) dan kontrak.
Untuk fasilitas kamar bujang disediakan gratis dari para agen, namun mereka harus tinggal dalam satu kamar ini beramai-ramai. Ada di antara para bujangan ini yang memang belum menikah atau mereka yang memilih untuk merantau sendiri dan meninggalkan anak istri di kampung halaman.
Sedangkan kamar ngontrak disediakan para agen untuk disewakan alias berbayar. Biasanya kamar ini digunakan oleh para pedagang starling yang membawa serta anak istri atau mereka yang memang ingin tinggal sendiri.
"Iya (tempat tinggal semua pedagang starling disediakan agen), cuma di sini biasanya dibagi dua (jenis tempat tinggal) juga, ada yang bujang ada ngontrak. Kalau bujang gratis, kalau ngontrak bayar," ucap Nia.
Senada dengan Nia, ketua RT setempat bernama Iwan menjelaskan memang seluruh tempat tinggal para pedagang starling di kampung ini disediakan para agen. Menurutnya di kawasan ini terdapat 10 agen yang membawahi rata-rata 50 an pedagang kopi keliling.
Tidak hanya tempat tinggal, namun para agen juga menyediakan fasilitas tambahan seperti tempat mandi atau wc umum yang banyak terletak di sisi kiri gang karena bersebelahan dengan Kali Ciliwung.
"Ada sepuluh agen di sini, satu agen kurang lebih (membawahi) 50-an orang pedagang (starling). Agen kan cuma menyiapkan fasilitas aja, kaya tempat tidur mereka (pedagang starling), kamar mandi, gitu aja," ungkapnya.
(kil/kil)