Harga Minuman Berpemanis dalam Kemasan Harus Lebih Mahal, Ini Sebabnya

Harga Minuman Berpemanis dalam Kemasan Harus Lebih Mahal, Ini Sebabnya

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 11 Des 2023 15:30 WIB
Ilustrasi gula
Ilustrasi - Foto: Getty Images/knape
Jakarta -

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mendorong pemerintah untuk mengontrol harga pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Berdasarkan survei yang dilakukan YLKI menunjukkan perubahan harga dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengkonsumsi MBDK.

Hasil survey mencatat sebesar 18,3% responden akan mengubah pola konsumsi, termasuk frekuensi dan jumlah pembelian apabila terjadi kenaikan minuman manis kemasan sebesar 25%. Dalam survey yang sama juga menunjukkan sebanyak 25.9% anak usia kurang dari 17 tahun mengkonsumsi MBDK setiap hari dan sebanyak 31.6% mengonsumsi 2-6x dalam seminggu. Temuan ini menjadi konfirmasi tingkat prevalensi diabetes pada anak yang cukup tinggi dan mengkhawatirkan.

Menyoroti hal tersebut, Manager Advokasi MBDK YLKI Rully Prayoga mengatakan kemungkinan besar generasi muda menjadi penderita diabetes dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah ini jadi kenapa karena ternyata yang menjadi konsumen utama itu anak-anak dan remaja preferensi diabetes anak-anak sangat tinggi. Yang terjadi bukan terjadi sekarang langsung efeknya Itu bisa 5-10 tahun ke depan, kita berharap generasi muda bisa lebih produktif ternyata enggak karena udah diekspos minuman manis ini," kata Rully dalam acara konferensi pers di Jakarta Pusat, Senin (11/12/2023).

Untuk itu, dia mendorong pemerintah untuk mencegah pola konsumsi dengan mengontrol harga. Apalagi generasi muda sekarang dapat mengakses MBDK dengan mudah. Berdasarkan hasil survei tersebut, Rully menjelaskan harga menjadi faktor penentu penting dalam pola konsumsi konsumen.

ADVERTISEMENT

"Kemudian harga menarik ini harga itu sekarang kalau kita lihat ya ada kecenderungan harga minuman berpemanis justru diturunkan, ada yang lagi diskon, atau membuat kemasan lebih kecil sehingga lebih mudah diakses dan dibeli sama anak SD juga bisa beli itu," jelasnya.

Dia menambahkan bahwa ada studi empiris menunjukkan cukai dapat mengurangi konsumsi makanan yang tidak sehat sehingga berdampak luas pada kesehatan masyarakat. Menurutnya, cukai itu seperti sebuah 'pajak' yang berfungsi untuk mengurangi mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.

"Mekanisme fiskal ini mencegah orang untuk sakit lagi. Cukai MBDK bukan bermaksud mempersulit, justru itu diajukan supaya kita mencegah dampak kesehatan tersebut. Di beberapa negara cukai MBDK ini lumayan menunjukkan hal yang signifikan," lanjutnya.

Sebab itu, dia juga meminta pemerintah untuk segera mengimplementasikan cukai MBDK. Di sisi lain, pemerintah juga harus membuat peraturan dan kebijakan yang mengatur pembatasan MBDK kepada anak-anak dan remaja sehingga dapat mengurangi dampak pemasaran agresif, termasuk informasi label yang tidak menyesatkan.

"Misalnya, merah itu gulanya banyak, hijau yang bisa dikonsumsi. Hal sederhana yg bisa dipahami oleh konsumen dengan baik dan cepat. Daripada terlalu teknis dengan angka lebih baik ada mekanisme yang menunjukkan ini kandungan gulanya tinggi rendah atau tidak ada sama sekali," imbuhnya.

(kil/kil)

Hide Ads