Tanaman Pala (Myristica fragrans) merupakan salah satu rempah-rempah yang jadi unggulan Indonesia. Rempah yang banyak ditemui di berbagai daerah di Indonesia ini disebut menjadi salah satu komoditas penting sejak zaman Romawi.
Menjadi salah satu rempah khas Indonesia, maka tak heran Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor biji pala dan fuli terbesar di dunia selain Grenada. Indonesia memenuhi 75% kebutuhan pala yang ada di dunia.
Buah pala terdiri dari cangkang, daging buah, biji, dan fuli. Pala banyak digunakan pada industri-industri minuman, makanan, kosmetik, hingga industri obat-obatan. Bentuknya bervariasi mulai bulat hingga lonjong dengan warna hijau ke kuningan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika matang, buah ini akan terbelah menjadi dua dengan diameter 3 sampai 9 cm dan berwarna kuning kotor. Buah pala termasuk kategori buah sejati tunggal dan berdaging tebal.
Tanaman pala banyak dimanfaatkan menjadi minyak angin, balsem, kopi, permen, dan sabun. Selain itu daging dari buah pala juga dapat diolah menjadi makanan seperti manisan, asinan pala, dodol pala, sirup pala, dan selai pala.
Melansir dari website Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, tanaman pala memiliki 9 varietas unggul yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya berasal dari Tobelo. Tobelo merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Di daerah sini memang banyak sekali pedagang pala yang menjualnya di pinggir jalan.
Usut punya usut, ternyata para pedagang tersebut mendapatkan pasokan pala dari berbagai daerah, salah satunya yaitu Pulau Doi. Pulau ini berada di ujung Halmahera Utara. Butuh waktu sekitar 2 jam menggunakan speedboat dari Tobelo menuju ke Pulau Doi.
![]() |
detikcom pun berkesempatan untuk menyambangi Pulau Doi yang disebut sebagai salah satu tempat produksi tanaman pala. Sesampainya di Desa Salube, yang berada di Pulau Doi, benar saja banyak petani dan juga pengusaha tanaman pala yang tengah menjemur rempah primadona ini.
Salah satu pengusaha tanaman pala, Asep Puren mengatakan tanaman pala memang kerap dicari oleh orang-orang daerah daerah luar, termasuk Jawa Timur. Maka daripada itu, wajar saja bila rempah yang satu ini disebut sebagai primadona di daerah tersebut.
Saking primadonanya, tanaman pala punya harga yang cukup tinggi. Asep mengatakan bila kualitas tanaman pala yang ia jual berkualitas tinggi, maka tanaman pala itu bisa dibanderol Rp 100 ribu per kilonya!
"Contoh pas ini ada dapet super yang Rp 90-100/kilo. Sehingga kita apa namanya punya keuntungan bisa kurang lebih sekitar Rp 20 ribu/kilo. Kalau 100 kilo Rp 30 ribu, sudah Rp 300 ribu. Biasanya kita jual ke Ternate. Pasarnya cuma di Ternate, tapi nanti di bawa ke Surabaya atau Jakarta," ungkap Asep kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.
Tanaman pala yang dalam 1 tahun bisa panen 3 kali, juga mampu memberikan pendapatan yang cukup besar bagi Asep. Guru di salah satu sekolah di Halmahera Utara ini pun mampu meraup pendapatan di kisaran Rp 5 juta hingga Rp 10 juta dalam sekali panen tanaman pala.
"Musimnya itu 3 kali setahun. Sekali panen itu kalau seandainya bagus harga, terus kualitas palanya juga bagus kita bisa dapat Rp 5-10 juta," kata Asep.
Menurut Asep tanaman pala punya beberapa bagian yang bisa dijual ke masyarakat. Selain bijinya, bunga dari tanaman pala juga bisa dijual dengan banderol yang cukup tinggi. Bila berpatok dengan harga di Ternate, bunga pala bisa tembus Rp 225 ribu hingga Rp 250 ribu per kilonya.
Diketahui, buah ini disebut juga sebagai buah emas karena saat pertumbuhannya, pala akan memiliki warna kulit keemasan yang terlihat cantik untuk dipandang.
Orang-orang zaman dulu percaya, buah pala adalah sebuah mahakarya dan anugerah dari Tuhan. Hal itu karena bukan hanya cantik dilihat, tapi pala juga memiliki cita rasa unik dan memiliki banyak manfaat.
"Kalau setahu kami di sini, (biji pala) dipakai untuk campuran makanan, bumbu makanan, kemudian bisa diambil minyaknya jadi kulit urut," jelas Asep.
Dalam menjual tanaman pala miliknya, Asep pun mengaku memanfaatkan internet untuk memudahkan dirinya. Apalagi semenjak adanya BTS 4G BAKTI Kominfo, Asep dapat menjual palanya dengan praktis dan cepat.
Adapun BTS yang dibangun sekitar tahun 2016 tersebut bekerja sama dengan salah satu operator seluler dalam hal ini Telkomsel. Keberadaan BTS tersebut pun disambut antusias oleh Asep dan warga Desa Salube lainnya.
![]() |
Asep merasakan akses internet membantu usahanya. Dengan adanya akses tersebut, Asep dapat dengan mudah menjual biji palanya ke Ternate atau Tidore tanpa harus membuang ongkos transportasi yang cukup dalam.
"Nah itu ketika BTS ada dan sebelum itu memang agak beda sih. Lebih enak ini ketika BTS ada. Dengan adanya BTS ini kita bisa WhatsApp, Facebook. Selain itu, Ketika BTS sesudah ada (penjualan biji pala) kita tinggal halo saja ke sana," kata Asep.
Lebih lanjut, Asep pun berharap BTS yang sudah ada ini diperbaiki dan jaringan yang ada menjadi lebih bagus lagi. Ia juga berharap kapasitas bandwidth yang ada di BTS ditambah agar makin banyak warga yang merasakan manfaatnya.
"Jadi kami dari warga punya harapan besar terhadap pemerintah, khususnya Kominfo agar tower bts yang sudah ada, mudah-mudahan 2024 nanti bisa dinaikan kapasitasnya sehingga bisa kita manfaatkan lebih banyak," ucap Asep.
Sebagai informasi, program BTS 4G BAKTI bertujuan mengatasi kesenjangan digital akibat rendahnya permintaan pasar terhadap akses telekomunikasi, sehingga penyelenggara seluler enggan membangun infrastruktur telekomunikasi seperti BTS di daerah-daerah tersebut.
Selain itu, pembangunan BTS di wilayah perbatasan juga dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan negara karena wilayah tersebut merupakan beranda terdepan dan menjadi wilayah yang rentan potensi masalah sehingga perlu adanya dukungan kepada kemudahan akses informasi.
detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
(prf/ega)