Masyarakat di sekitar Danau Galela, Halmahera Utara punya cara tersendiri mengembangkan potensi untuk menggeliatkan perekonomiannya. Di antaranya adalah dengan memanfaatkan danau untuk budi daya ikan air tawar.
Mulai dikembangkan sejak tahun 2016, danau seluas kurang lebih 250 hektare dan dulunya dipenuhi dengan eceng gondok, kini menjadi bernilai ekonomis serta membantu warga dalam menjaga ketahanan pangan dan penghasilan tambahan.
Salah satu yang memanfaatkan danau tersebut adalah warga Desa Salimuli, Kecamatan Galela. Warga yang berada di utara Tobelo ini memilih memanfaatkan Danau Galela untuk menambak ikan nila dengan cara keramba apung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini diungkapkan langsung oleh Koordinator kelompok petani keramba apung di Danau Galela, Abdurahman Yasin. Ia mengatakan pengembangan tambak ini dimulai sejak tahun 2016 dan saat ini sudah ada 4 kelompok tani yang memiliki sertifikasi atau akta tambak.
"Awal mula dari dikembangkannya keramba ini (karena) adanya langka ikan yang dipasarkan pada saat musim gelombang," kata Abdurrahman kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Selain itu, pada saat musim-musim tertentu, seperti masuk di bulan November sampai Desember biasanya angin akan berhembus kencang. Hal itu membuat para nelayan di desanya sulit mendapatkan ikan.
"Maka di situ lahirnya untuk bagaimana mengembangkan sumber daya alam ini untuk bisa diproduksi untuk ikan-ikan air tawar. Sampai sekarang kita bisa produksi untuk konsumsi rumah makan maupun kebutuhan masyarakat lokal yang ada di sekitar danau ini," jelas Abdurrahman.
![]() |
Sudah lebih lima tahun dirintis dengan keramba apung, saat ini sudah ada 204 petak keramba ikan nila yang ada di Danau Galela atau yang disebut juga Telaga Duma ini. Setiap petak tersebut memiliki ukuran 3 x 3 meter persegi dan mampu menghasilkan 100 kilogram sekali panen.
"Kita rata-rata di sini ikan dalam satu petak itu (tumbuh atau bisa panen) 4 bulan sampai 5 bulan. Dalam satu petak itu, kapasitas 400 ekor, itu bisa dengan 100 kilo. Dengan ukuran 4 ekor 1 kilo, jadi 400 ekor rata-rata 100 kilo," terang Abdurrahman.
Untuk harga jual, biasanya satu kilo ikan nila dihargai Rp 70.000. Dan biasanya satu orang petani bisa panen dua kali dalam satu bulan. Berarti omzet yang didapatkannya bisa mencapai puluhan juta.
Agar bisa mendapatkan hasil panen ikan yang berkualitas, maka diperlukan pemeliharaan yang optimal. Untuk petani tambak di Danau Galela sendiri biasanya hal itu diperhatikan dimulai saat kedatangan bibit.
"Pada saat bibit, itu dalam 2 minggu diadakan sortiran. Dari 2 minggu itu kita buat dengan ukuran dan berat yang berbeda. Kita sortir dan kita buatkan pemisahan, itu bisa jamin dengan berat dan besar yang sama," terang Abdurrahman.
![]() |
Ia melanjutkan untuk pemasaran sendiri, biasanya Abdurrahman memanfaatkan media online. Biasanya media sosial yang digunakannya untuk menjual ikan adalah Facebook, Twitter (X) atau WhatsApp.
Abdurrahman mengaku melalui penjualan online itu mempermudah dan menguntungkan usahanya dalam memasarkan hasil panen. Sebab ikan-ikan hasil panennya tidak lagi sia-sia karena bisa dikirim sesuai dengan pesanan dan kesepakatan yang dilakukan melalui pemesanan online.
"Untuk jaringan kita di sini masih tetap stabil, bagus. (Jadi) kita buka jasanya lewat online untuk bisa kegiatan apa acara itu mereka bisa pesan. Karena kita tidak punya tempat untuk jualan jadi kita lewat online gitu," terang Abdurrahman.
Melalui online Abdurrahman berharap penjualan ikan tambak di Danau Galela bisa jadi meningkat. Karena ia berharap internet bisa memperluas jangkauan pemasaran ikan tambaknya yang saat ini masih dilakukan ke wilayah lokal saja.
Diketahui, hadirnya sinyal jaringan dan internet diTobelo tidak terlepas dari infrastruktur yang dibangun oleh BAKTI Kominfo. Di antaranya adalah pembangunan kabel fiber optik bawah laut, Palapa Ring, pembangunan BTS, hingga menghadirkan Akses Internet (AI) ke beberapa sektor sehingga konektivitas masyarakat di Tobelo dirasakan menjadi lebih mudah.
detikcom bersama Bakti Kominfo mengadakan program Tapal Batas mengulas perkembangan ekonomi, wisata, infrastruktur, wisata, dan teknologi di wilayah 3T setelah adanya jaringan internet di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
Lihat juga Video: Ujung Tombak Ekonomi Perbatasan Indonesia-Australia