Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan selama 2023, Indonesia tidak mengalami perfect storm. Padahal dirinya sempat memprediksi bahwa keadaan badai yang sempurna itu dalam memporakporandakan perekonomian Indonesia, akan terjadi tahun ini.
"Tahun lalu, waktu bulan Desember ini juga, pak Menko Perekonomian dan juga saya, tempo hari menggunakan istilah ada istilah bahwa ada risiko perfect storm 2023, tetapi nyatanya tidak," kata Mahendra dalam acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia, Jumat (22/12/2023).
Menurut Mahendra persoalan perekonomian ke depan bukan soal tantangannya, tetapi ketidakpastian yang akan dihadapi. Masalah itu mungkin bisa diredakan jika ada pemetaan yang baik untuk mempersiapkan diri atas ketidakpastian itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bukan berarti kondisi global akan lebih baik, tidak. Kemungkinan besar mungkin akan lebih buruk, tetapi uncertainty dan unknown situation yang menjadi risiko bisnis, investasi tentu bagi otoritas, saya rasa lebih rendah dari sebelumnya," jelas Mahendra.
Untuk itu, dia menyarankan agar Indonesia tetap fokus dalam meningkatkan dan menjaga perekonomian. Fokus itu dengan menjalankan proyek utama yang dampaknya akan meningkatkan kondisi perekonomian Indonesia.
"Arahan pak presiden sudah jelas, mengenai proyek utama mendorong pertumbuhan berkaitan dengan hilirisasi, berkaitan dengan energi transition maupun hijau, berkaitan dengan IKN dan lain-lain. Kita fokus ke sana, membangun dengan prioritas fokus, bersinergi, strategi yang baik," terang dia.
Kemudian kondisi sektor jasa keuangan, Mahendra menyebut saat ini semua segmen dalam sektor keuangan telah terjaga baik.
"Dari kacamata likuiditas, kacamata kecukupan modal, kacamata ruang pertumbuhan kredit. Jelas, ruang tersebut kesehatan dan ketangguhan sektor jasa keuangan perbankan, apakah itu pembiayaan di pasar modal di industri keuangan dan lainnya, terjaga baik," tutupnya.
(ada/ara)