Respons Stafsus Menkeu soal Gibran Sebut Tidak Ingin 'Berburu di Kebun Binatang'

Respons Stafsus Menkeu soal Gibran Sebut Tidak Ingin 'Berburu di Kebun Binatang'

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 24 Des 2023 11:00 WIB
Staf Khusus (Stafsus) Menkeu Yustinus Prastowo
Foto: Shafira Cendra Arini/Detikcom
Jakarta -

Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut 'berburu di kebun binatang' saat berdebat dengan cawapres nomor urut 3 Mahfud Md membahas pajak. Hal itu berlangsung saat debat kedua pada Jumat (22/12) malam.

Staf Khusus Menteri Keuangan (Stafsus Menkeu) Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengatakan istilah 'berburu di kebun bintang' adalah hal lazim di dunia perpajakan.

"Kita mesti fair dan objektif juga. Istilah 'berburu di kebun binatang' ini sudah sangat lazim digunakan di dunia perpajakan," kata Prastowo di akun media sosial X seperti dilihat Minggu (24/12/2023). Ia mengizinkan twitnya dikutip.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prastowo menyebut istilah 'berburu di kebun binatang' dalam dunia perpajakan juga digunakan saat sosialisasi tax amnesty pada 2016. Ilustrasi itu digunakan untuk menggambarkan bahwa sistem pajak kurang fair karena mengejar yang itu-itu saja.

"Saya dulu bahkan pernah bilang 'mancing di akuarium'. Tax amnesty adalah upaya perluasan basis pajak (ekstensifikasi). Istilah Mas Gibran 'memperluas kebun binatang' atau lebih tepatnya 'mengejar yang masih ada di hutan' (di luar sistem, kaya tapi tidak mau bayar pajak)," jelas Prastowo.

ADVERTISEMENT

Istilah 'berburu di kebun binatang' sontak menjadi pembahasan di media sosial X. Ada netizen yang tidak senang bahwa seolah-oleh itu menyamakan wajib pajak dengan binatang.

"Ini kan ilustrasi atau analogi. Justru ingin dihindari juga oleh otoritas pajak kita. Berburu di kebun binatang: tanpa effort, sudah pasti dapat buruan," timpal Prastowo.

Ekonom dari Institute for Development Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda ikut menjelaskan bahwa 'berburu di kebun binatang' adalah berburu objek pajak dari subjek pajak yang sudah tersedia. Untuk itu, mau sekecil apapun kebun binatangnya, harusnya pemerintah 'berburu di luar kebun binatang' untuk meningkatkan penerimaan negara.

"Effortless bagi DJP, mau sekecil atau sebesar apapun 'kebun binatangnya', harusnya 'berburu di luar kebun binatang'. Lebih tepat," ucap Nailul Huda.

"Iya maka saya luruskan juga, berburunya ke hutan (emoji ketawa)," timpal Prastowo.

Gibran Tidak Ingin 'Berburu di Kebun Binatang'

Mahfud Md sebelumnya bertanya kepada Gibran terkait cara menaikkan rasio pajak. Keduanya pun terlibat debat panas soal pajak.

"Dalam visi dan misi Anda disebut kalau rasio pajak dinaikkan jadi 23%. Dalam simulasi kami, angka itu hampir tidak masuk akal karena pertumbuhan ekonomi bisa 10, padahal selama ini pertumbuhan ekonomi 5-6 gitu. Bagaimana anda mau menaikkan pajak? Orang insentif pajak saja orang nggak ngambil?" tanya Mahfud di panggung debat cawapres di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (22/12).

Gibran kemudian menjawab. Dia mengatakan menaikkan pajak dengan menaikkan rasio pajak adalah hal berbeda. "Prof Mahfud, yang namanya menaikkan rasio pajak dan menaikkan pajak itu beda," ucapnya.

Nah di sini lah Gibran bilang tidak ingin 'berburu di kebun binatang'. Ia ingin memperluas kebun binatangnya agar jumlah wajib pajak bertambah.

"Kita ini tidak ingin berburu di dalam kebun binatang. Kita ingin memperluas kebun binatangnya, kita tanami, binatangnya kita gemukkan, artinya membuka dunia usaha baru. Sekarang yang punya NPWP ini baru 30%, artinya kita harus melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi," ucap Gibran.

"Saya tahu pasti pada negatif thinking, tidak, kita tidak akan memberatkan UMKM. Yang di bawah omzetnya Rp 500 juta, pajaknya 0. Pengin modal Rp 200 juta KUR, tanpa agunan, nggak ada yang memberatkan," tambahnya.

Simak Video 'Gibran: Anak Muda Diremehkan Itu Biasa, Tinggal Tunggu Pembuktian':

[Gambas:Video 20detik]



(aid/rrd)

Hide Ads