Beras menjadi komoditas pangan yang menjadi sorotan selama setahun belakangan ini. Pasalnya, makanan pokok Indonesia itu harganya mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
Hal itu disebabkan oleh turunnya produksi padi sepanjang 2023. Penurunan ini disebabkan oleh iklim yang tidak menentu dan kekeringan yang diakibatkan oleh fenomena El Nino.
Produksi yang tidak mencukupi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri membuat pemerintah harus memutar otak agar masyarakat tidak kesulitan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi pasokan yakni dengan impor dari negara tetangga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga Beras Melonjak
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), harga Gabah Kering Panen (GKP) sampai November 2023 secara year on year (yoy) atau dibandingkan dengan November 2022 mengalami kenaikan hingga 24,26%. Kemudian harga Gabah Kering Giling (GKG) juga mengalami kenaikan 31,22% secara yoy.
Harga GKP sampai pada November 2023 Rp 7.592 per kilogram (kg) dan GKG Rp 6.718 per kg. Kemudian sampai 27 Desember 2023, berdasarkan Panel Harga Pangan Nasional milik Badan Pangan Nasional, harga GKP di tingkat petani Rp 6.740/kg, GKP di penggilingan Rp 7.020, GKG di tingkat penggilingan Rp 7.700/kg.
Angka itu jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang diatur dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 6 Tahun 2023 tentang Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah Dan Beras.
GKP di tingkat petani Rp 5.000/kg, GKP di tingkat penggilingan Rp 5.100/kg, GKG di penggilingan Rp 6.200/kg, GKG di gudang Perum Bulog Rp 6.300/kg, dan Beras di gudang Perum Bulog Rp 10.900/kg.
Seiring dengan tingginya harga gabah atau hasil panen padi, beras pun semakin mahal di pasaran. BPS mencatat sampai November 2023, kenaikan harga beras naik 21,50% secara yoy atau menjadi Rp 13.380/kg di tingkat grosir, kemudian di tingkat pengecer naik 19,20% secara yoy atau menjadi Rp 14.080/kg.
Kemudian berdasarkan Panel Harga Pangan Nasional Bapanas pada 27 Desember 2023, harga beras premium di tingkat grosir Rp 14.430/kg, beras medium Rp 12.270/kg. Sementara di tingkat pengecer beras premium mencapai Rp 15.020/kg dan medium Rp 13.200/kg.
Tentu harga-harga tersebut jauh di atas HET yang ditentukan pemerintah dalam Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 7 Tahun 2023 tentang Harga Eceran Tertinggi Beras.
Perbadan tersebut mencatat HET beras ditentukan berdasarkan zonasi. Untuk Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi, HET beras medium senilai Rp. 10.900/kg sedangkan beras premium Rp 13.900/kg.
Sementara itu, untuk Zona 2 meliputi Sumatera selain Lampung dan Sumsel, NTT, dan Kalimantan, HET beras medium sebesar Rp 11.500/kg dan beras premium Rp 14.400/kg. Adapun zona 3 meliputi Maluku dan Papua, HET beras medium sebesar Rp 11.800/kg, dan untuk beras premium sebesar Rp 14.800/kg.
Produksi beras tahun ini turun. Cek di halaman berikutnya.
Produksi Beras 2023 Turun
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah mengungkap beberapa waktu lalu bahwa pada 2023 terjadi penurunan produksi beras. Hal tersebut disebabkan oleh cuaca panas ekstrem atau El Nino. Tahun sebelumnya produksi beras Indonesia mencapai 31 juta ton, tahun ini diprediksi hanya 30 juta ton.
"Realitas produksi beras Nasional Indonesia dulu kita pernah swasembada sekarang terpaksa harus impor produksi beras nasional periode 2022-2023 mengalami penurunan akibat ancaman El Nino dan dari sebelumnya 31 juta ton dan diperkirakan turun menjadi 30 juta ton pada tahun 2023," kata Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, di Gedung DPR Senayan, Jakarta Pusat, Senin (13/11/2023).
Berdasarkan data BPS, produksi padi di Indonesia sepanjang JanuariβSeptember 2023 diperkirakan sebesar 45,33 juta ton GKG atau mengalami penurunan sekitar 105,09 ribu ton GKG 0,23% dibandingkan JanuariβSeptember 2022 yang sebesar 45,43 juta ton GKG.
Sementara itu, berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei KSA September 2023, potensi produksi padi sepanjang OktoberβDesember 2023 sebesar 8,30 juta ton GKG. Dengan demikian, total produksi padi pada 2023 diperkirakan sebesar 53,63 juta ton GKG atau mengalami penurunan 1,12 juta ton GKG 2,05% dibandingkan 2022 yang sebesar 54,75 juta ton GKG.
Produksi padi tertinggi pada 2022 dan 2023 terjadi pada Maret, sementara produksi padi terendah pada 2023 diperkirakan terjadi pada Desember. Produksi padi pada Maret 2023 sebesar 8,92 juta ton GKG, sedangkan produksi padi pada Desember 2023 diperkirakan sebesar 1,93 juta ton GKG.
Kemudian, jika dikonversikan padi menjadi beras, maka produksi sepanjang JanuariβSeptember 2023 diperkirakan setara dengan 26,11 juta ton beras atau mengalami penurunan sebesar 58,56 ribu ton beras 0,22% dibandingkan JanuariβSeptember 2022 yang sebesar 26,17 juta ton beras.
Sementara itu, potensi produksi beras sepanjang OktoberβDesember 2023 ialah sebesar 4,78 juta ton beras. Dengan demikian, total produksi beras pada 2023 diperkirakan sekitar 30,90 juta ton beras atau mengalami penurunan sebesar 645,09 ribu ton beras (2,05%) dibandingkan produksi beras pada 2022 yang sebesar 31,54 juta ton beras.
Impor Beras Sepanjang 2023
Dengan terjadinya penurunan produksi beras dan berimbas kepada tingginya harga, pemerintah pun berupaya memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satu upayanya adalah melakukan impor beras.
Keputusan pertama akhirnya Indonesia melakukan impor beras pada akhir 2022 sebanyak 500 ribu ton.
Kedatangan awal beras impor tersebut pada Desember 2022 sebanyak 200 ribu ton dari Vietnam, Thailand dan Pakistan. Kemudian bertahap masuk kembali sampai awal 2023 sebanyak 300 ribu ton dari tiga negara yang sama, ditambah Myanmar dan India.
Keputusan kedua untuk impor beras pada Maret 2023. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menugaskan Perum Bulog impor beras 2 juta ton. Penugasan ini tertuang dalam surat penugasan sebagai tindaklanjut dari hasil rapat dengan Presiden Joko Widodo tentang Ketersediaan Bahan Pokok dan Persiapan Arus Mudik Idul Fitri 1444 H.
"Kami menugaskan Perum BULOG untuk melaksanakan pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) dari luar negeri sebesar 2 juta ton sampai dengan akhir Desember 2023. Pengadaan 500 ribu ton pertama agar dilaksanakan secepatnya," demikian tertulis dalam surat penugasan dari Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi yang diterima detikcom, Senin (27/3/2023)
Masih dalam surat tersebut, Arief menerangkan bahwa pasokan beras tersebut akan digunakan untuk mengirim bantuan sosial melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP). Melalui program itu, bansos akan diberikan kepada 21.353 keluarga penerima manfaat (KPM).
Secara bertahap beras 2 juta ton itu pun masuk Indonesia. Adapun negara-negara yang menjadi asal impor beras ke Indonesia, Pakistan, Myanmar, Vietnam, Thailand. Porsi dominan importasi beras berasal dari Vietnam dan Thailand.
Pasokan beras tersebut digunakan untuk operasi pasar dan bantuan pangan beras dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras (SPHP). Melalui program itu, bantuan pangan beras diberikan kepada 21.353 keluarga penerima manfaat (KPM). Dengan program itu diharapkan masyarakat miskin tidak terdampak akan mahalnya beras.
Sayangnya sebanyak 2,5 juta ton beras impor itu juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasalnya harga beras masih mahal. Badan Pangan Nasional pun mengeluarkan penugasan kepada Perum Bulog lagi untuk melakukan impor 1,5 juta ton.
Penambahan ini dalam rangka untuk operasi pasar dan penyaluran bantuan pangan beras kepada 21,3 juta KPM. Keputusan ini juga merupakan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdasarkan hasil rapat terbatas.
Bulog pun telah berhasil melakukan kontrak 1 juta ton dari Thailand, Vietnam, Pakistan dan Myanmar. Beras impor itu sudah bertahap masuk Indonesia dan akan berlangsung sampai tahun depan.
Jokowi juga pernah mengatakan saat produksi beras dalam negeri mengalami penurunan, pasokan pun terus anjlok. Ada sebanyak 7 provinsi di Indonesia yang mengalami dampak panas akibat El Nino.
Orang nomor satu di Indonesia itu sedikit curhat saat ini Indonesia kesulitan untuk impor beras demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pasalnya, banyak negara saat ini menahan pasokannya untuk diekspor.
"Semua negara ngerem tidak ekspor beras untuk menyelamatkan rakyatnya masing-masing, 22 negara sekarang kalau dulu ekspor beras sekarang ngerem semuanya," lanjutnya.
Selain itu, pemerintah dikabarkan juga akan melakukan impor beras 2 juta ton pada 2024. Hal itu dilakukan jika produksi dalam negeri tidak juga memenuhi kebutuhan dalam negeri atau mengalami penurunan.