Perilaku konsumtif, khususnya di kalangan gen Z, menjadi suatu perilaku yang semakin dinormalisasi. Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini perilaku konsumtif adalah hal yang lumrah bagi berbagai kalangan, tak terkecuali oleh gen Z.
Selain itu, 8 dari 9 sampel gen Z menyatakan bahwa mereka melakukan impulsive buying yang merupakan salah satu bentuk perilaku konsumtif saat kesehatan mentalnya sedang terganggu. Setelah melakukan perilaku konsumtif saat kesehatan mentalnya sedang terganggu, sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa mereka menyesal karena melakukan tindakan tersebut.
Maraknya fitur paylater di beragam aplikasi dompet digital, bank digital, maupun e-commerce, turut memperburuk kecenderungan perilaku konsumtif yang terjadi di kalangan gen Z.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC), 9,7% gen Z pernah memakai fasilitas kredit atau paylater. Mayoritas gen Z menggunakan kredit atau paylater untuk membeli barang-barang fashion (61%), lalu diikuti dengan pulsa (56,6%), gadget, dan elektronik.
Menurut perencana keuangan Andy Nugroho, tren belanja online yang terjadi saat ini memiliki dampak signifikan terhadap kecenderungan perilaku konsumtif yang dialami gen Z. Kemudahan yang ditawarkan oleh e-commerce sebagai platform belanja online meningkatkan frekuensi gen Z dalam belanja online.
"Kemudian kita bangun tidur masih belekan, cuma pake kolor doang. Ngeliat toko online gitu, wah boleh nih, gitu kan. Itu memudahkan banget untuk kita belanja," kata Andy saat dihubungi detikcom, Rabu (20/12/2023).
Selain itu, adanya fitur paylater di berbagai aplikasi terutama e-commerce juga semakin memudahkan gen Z untuk belanja atau mengeluarkan uang.
"Memfasilitasi kita dalam tanda kutip itu untuk kita kemudian berperilaku konsumtif ini tadi. Karena memang sangat dimudahkan, kagak punya duit, duitnya udah abis, tenang ada paylater, bisa cicilan beberapa bulan ke depan," tambah Andy.
Jika tidak menggunakannya dengan bijak, maka paylater dapat merugikan penggunanya, salah satunya adalah terganggunya kesehatan mental karena tidak sanggup membayar cicilan.
Menurutnya, jika gen Z terus memakai paylater untuk gaya hidup, mereka harus menghadapi konsekuensi membayar cicilan dengan jumlah yang lebih besar yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih penting dari gaya hidup. Maka dari itu, Andy menyarankan para gen Z untuk menentukan skala prioritas dan menggunakan paylater sesuai dengan kebutuhan mereka.
"Banyak teman-teman yang memang terjebak pada gaya hidup gitu, ya. Dan akhirnya karena mungkin sebenarnya nggak mampu secara finansial dan itu dipaksain. Karena sebenarnya paylater, pinjol itu bukan berarti kita punya penghasilan tambahan. Enggak, itu utang gitu, ya. Itu utang, dan namanya utang berarti kan harus dibayar," jelas Andy.
(fdl/fdl)