Berkah di Musim Hujan, Pedagang Untung Lebih Banyak

Berkah di Musim Hujan, Pedagang Untung Lebih Banyak

Muhammad Sulthon, Zahra Fauziah Rahmah - detikFinance
Minggu, 31 Des 2023 20:09 WIB
Ojol menunggu pesanan
Foto: dok. Zahra Fauziah Rahmah/detikcom
Jakarta -

Bulan Desember identik dengan musim hujan. Perubahan musim panas ke musim hujan yang terjadi di bulan Desember ini menjadi berkah bagi segelintir orang. Pasalnya, kondisi ini dapat membuat ramai sejumlah usaha hingga naiknya pendapatan.

Seperti yang dirasakan Nartini, seorang pedagang wedang ronde di kawasan Jalan Raya Kalibata, Rawajati, Jakarta Selatan. Saat hujan turun, alih-alih berteduh atau berhenti berjualan, Nartini lebih memilih untuk bertahan di tempat biasa ia berjualan yakni di Stasiun Duren Kalibata, tepatnya di jalan pinggiran pintu keluar Stasiun Duren Kalibata.

Nartini mengungkapkan pendapatannya meningkat ketika musim hujan, yang biasanya Rp 400 ribu per hari bisa jadi Rp 600 ribu per hari ketika musim hujan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya merasakan berkah di musim hujan, kalau hujan saya berangkat agak siang karena kalau hujan kan pasti laku ya, tapi kalau cuacanya panas berangkatnya sore. Kalau hari biasa, panas, 40 porsi dapet, tapi kalau hujan 60 porsi dapet, satu porsinya itu Rp 10 ribu," ungkap Nartini kepada detikcom saat ditemui beberapa waktu lalu.

"Kalau hujan gede biasanya pada dibungkus, tapi banyak juga orang yang duduk di sini, di tenda," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Pedagang yang sudah 6 tahun berjualan wedang ronde ini menjelaskan musim hujan juga banyak mengundang pelanggan singgah untuk menikmati wedang ronde karena menurutnya saat musim hujan banyak orang yang kekebalan tubuhnya lemah, sehingga mereka mencari hal yang menghangatkan serta menyehatkan tubuh.

"Saya senang kalau musim hujan, beberapa hari ini kan cuacanya nggak enak ya, itu kebanyakan badan orang-orang kan pada pegel, jadi mereka minum jahe, wedang ronde. Biasanya orang yang badannya nggak kebal tuh mereka pada pegel, jadi pada minum jahe, jadi jahe lakunya mendingan, agak banyak yang beli, oh berarti orang-orang badannya pada pegel, kelihatan," jelas Nartini.

Tidak hanya Nartini, kondisi ramai pelanggan juga dirasakan oleh driver ojol makanan bernama Slamet. Ia mengaku musim hujan mendatangkan berkah karena akunnya ramai dipenuhi orderan yang masuk. Menurut Slamet, hal tersebut karena sebagian ojol mematikan akunnya ketika hujan, sehingga jarang ada yang mau mengambil orderan. Baginya, hal tersebut pun menjadi berkah karena ia jadi lebih bisa menggaet banyak pelanggan.

"Kalo hujan makin banyak orderan, karena rata-rata kan driver pada males buat take (ambil), biasanya banyak driver yang matiin akunnya kalo udah ujan gini. Saya ngerasain berkah dari hujan, yaa rame aja sih kalo hujan begini, jadi saya baru pulang pas batre HP saya habis," ujarnya.

Ojol menunggu pesananOjol menunggu pesanan Foto: dok. Zahra Fauziah Rahmah/detikcom

Slamet juga menjelaskan setiap pesanan yang ia ambil, ia mendapatkan tip sebesar Rp 8.000 per perjalanan jarak dekat, sehingga jika ia mengambil 10 pesanan atau orderan ia bisa mendapatkan untung sekitar Rp 80 ribu per harinya. Hal tersebut pun, menurut Slamet, tidak menentu karena upah yang ia terima tergantung jarak dan orderan yang ia ambil.

"Dari penghasilan misal ibarat kita narik dari jam 10, satu tripnya itu Rp 8.000 jadi kalo ada 10 orderan ya bisa Rp 80 ribu, nah kalau musim hujan kaya gini, biasanya lebih banyak. Pokoknya orderan ningkat pas ujan, rame orderan itu pas hujan," ungkapnya.

"Jadi pendapatannya nggak bisa diprediksi, variasi lah, dalam per hari biasanya Rp 100 ribu, kadang juga Rp 150 ribu, tergantung orderannya, semakin jauh semakin besar peluang rupiahnya," pungkasnya.

Pedagang bakso, Lala (bukan nama sebenarnya) juga merasakan hal yang sama dengan pedagang wedang ronde dan ojol. Anak dari pasangan Lis Suningsih dan Darto turut membantu kedua orang tuanya mengelola kedai bakso gepeng di Depok, Jawa Barat. Perempuan yang lahir di Kota Belimbing itu menjelaskan adanya dampak positif musim hujan terhadap omset kedai bakso milik orang tuanya.

"Di hari biasa (kemarau) bisa dapet 5-7 juta. Selisihnya ga tinggi juga si, ya paling di musim hujan bisa naik 2-3 juta," kata Lala kepada tim detikcom beberapa waktu lalu.

Anak ketiga dari 4 bersaudara itu mengatakan suasana dingin ketika musim hujan menjadi faktor yang membawa pelanggan datang ke kedai bakso milik orang tuanya.

Kios baksoKios bakso Foto: dok. Muhammad Sulthon/detikcom

"Musim hujan cukup membantu pendapat toko keluarga. (Karena) bakso itu kan orang ngingetnya 'aduh dingin nih, enak nih makannya yang anget-anget'. Alhamdulillah si, jadi ada pengaruh lah," ujar perempuan berumur 23 tahun itu.

Selain didukung musim hujan, kedai yang memiliki nama lengkap bakso gepeng H. Bewok tersebut telah berkiprah cukup lama. Lala mengatakan, ayahnya merupakan sosok pencetus bakso tersebut yang memulai berjualan dengan menuntun gerobak pada tahun 1980.

"Tahun 1980 orang tua udah mulai jualan. Tapi belum yang jualan menetap, dulu masih jualan keliling, pakai gerobak dan baru menetap itu, punya toko itu 1990 berarti untuk saat ini sudah 33 tahun, kalau ditotalin sudah 43 tahun untuk berjalannya (jualan). Terus pas tahun 90-an pindah ke Depok," pungkasnya.

Di tempat terpisah, berkah musim hujan juga dirasakan oleh pedagang batagor bernama Budi Setiawan. Berlokasi di Cibubur, Jakarta. Ia telah berjualan sebagai pedagang batagor dan siomay selama 4 bulan.

Merantau bersama kakaknya, Ia mengaku merasakan penambahan omset Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per harinya saat musim hujan.

"Kalau hujan, itu tuh batagornya kemaren-kemaren. Kemaren dapet Rp 500 ribu," paparnya.

Pendagang batagorPendagang batagor Foto: dok. Muhammad Sulthon/detikcom

Strategi berjualan yang dilakukan pria berusia 19 tahun itu turut mendorong pendapatannya. Ia kerap mangkal di dekat halte bus jurusan Cibubur-BKN, di mana menjadi tempat aktif lalu lalang para karyawan.

Sebelum menjadi pedagang batagor dan siomay, Budi bersama kakaknya bekerja sebagai petugas kebersihan di wilayah Cikarang.Namun, keduanya 'banting stir' menjadi pedagang makanan keliling karena omset yang didapat lebih menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.




(prf/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads