Salah satu platform media sosial asal China, TikTok mengincar keuntungan lebih besar sepuluh kali lipat dari bisnis e-commerce, TikTok Shop di AS tahun 2024. Perusahaan di bawah naungan ByteDance ini menargetkan penjualan hingga US$ 17,5 miliar atau setara Rp 271 triliun (kurs Rp 15.492).
Dilansir melalui South China Morning Post, Kamis (4/1/2024), target TikTok ini akan meningkatkan pertumbuhan nilai barang dagangan bruto (gross merchandise value/GMV) di AS. Menurut orang dalam TikTok, metode TikTok Shop versi AS ini akan menggaet penggunanya dengan memadukan konten hiburan online di aplikasi TikTok dengan pembelian yang impulsif.
TikTok akan mengandalkan media sosialnya dan daya tarik video yang viral untuk memikat pembeli. Dia bilang metode tersebut telah dibahas secara internal dalam beberapa minggu terakhir dan mungkin saja dapat berubah ke depannya tergantung bisnis berjalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Target ambisius ini tentunya menjadi ancaman e-commerce asal Paman Sam, yakni Amazon. Selain itu, target ini juga menimbulkan gejolak dengan perusahaan ritel murah asal China, Temu dan Shein.
Adapun tahun lalu, GMV bruto e-commerce global tercatat mencapai sekitar US$ 20 miliar atau setara Rp 310 triliun dengan Asia Tenggara menyumbang sebagian besar penjualan melalui platformnya. Perusahaan tersebut kini berupaya memperluas penjualannya di seluruh AS dan Amerika Latin.
ByteDance tumbuh menjadi pemimpin internet dengan kekayaan lebih dari US$ 200 miliar berkat viralnya platform tersebut. TikTok Shop adalah salah satu fitur dengan pertumbuhan tercepat bagi perusahaan yang berbasis di Beijing ini.
Berkat kesuksesannya itu, pendapatan ByteDance melonjak sekitar 30% pada tahun 2023, yakni mencapai lebih dari US$ 110 miliar. Angka ini melampaui proyeksi pertumbuhan pesaing media sosial lainnya, Meta Platforms dan Tencent Holdings.