Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo menyinggung proyek kapal selam yang dibatalkan capres Prabowo Subianto yang juga menjabat sebagai menteri pertahanan.
Ganjar mulanya menerangkan, prioritas matra yang harus diperkuat. Ia kemudian menyebut yang mesti diperkuat hari ini adalah laut. Selanjutnya, dia menyebut udara.
Ia lantas menyinggung industri pertahanan dalam negeri harus diperkuat. Hal ini agar perencanaan pembangunan bisa konsisten. Ganjar kemudian menyinggung proyek kapal selam yang dibatalkan Prabowo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Agar kita bisa konsisten dalam perencanaan pembangunan termasuk ketika kita membuat kapal selam yang telah dimulai PT PAL yang kerjasamanya kalau tidak salah bapak batalkan dengan Korea Selatan. Tolong Pak kalau saya keliru, ini kesempatan bapak untuk bisa menjelaskan," kata Ganjar dalam Debat Ketiga Capres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024)
Dikutip dari pemberitaan CNBC Indonesia pada November 2020 lalu, PT PAL Indonesia (Persero) menyebutkan kebutuhan kapal selam dalam negeri sebanyak 12 unit berdasarkan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang harus dipenuhi dalam kurun waktu hingga 2024. Pemenuhan kapal selam ini bakal dipenuhi dari kerja sama yang dilakukan perusahaan dengan produsen asal Korea Selatan.
Plt Direktur Utama Pal Indonesia Etty Soewardani kala itu mengatakan dari kerja sama ini Indonesia telah menerima tiga kapal selam, yakni Nagapasa, Ardadedali dan Alugoro. Kapal selam Alugoro baru akan diserahterimakan pada Desember 2020. Ketiga kapal selam ini merupakan batch pertama dari empat batch yang direncanakan akan dipenuhi.
"Batch kedua akan dibangun kapal keempat, kelima dan keenam. Saat ini kontraknya sudah tanda tangan Maret 2019 tetapi efektif kontraknya masih belum," kata Etty dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (18/11/2020) lalu.
Sebelumnya oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan ketiga kapal hasil kerja sama dengan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering Co Ltd (DSME) ini dibangun dengan ketentuan berbeda-beda.
Kapal pertama dibangun di Korea Selatan dengan tenaga kerja sepenuhnya berasal dari perusahaan tersebut. Kemudian kapal kedua dibangun di Korea dengan bantuan tenaga profesional dari PT PAL. Sedangkan kapal ketiga sepenuhnya dibangun di fasilitas produksi Pal di Surabaya.
Namun, saat itu muncul kabar bahwa kerja sama pengadaan kapal dengan Daewoo ini dikabarkan batal sehingga kebutuhan kapal ini nantinya akan dipenuhi dari negara lain. Pemerintah memang sempat mendapat tawaran dari negara lain soal pengadaan kapal selam seperti dari Turki, Rusia, hingga Prancis.
"Kami memang mendengar itu ... tetapi hitam di atas putih kami belum menerima dokumen pembatalan itu. Jadi kami belum bisa melaporkan konkretnya seperti apa, tetapi fasilitas ini nantinya bisa digunakan untuk pembangunan kapal selam next dengan apapun yang penting itu kapal selam masih bisa dibangun di hanggar kita," jelas Etty.
(acd/das)