Melansir dari situs badan statistik Inggris (Office for National Statistics), Rabu (10/1/2024), tercatat tingkat inflasi tahunan negara itu berada di level 4,2% per November 2023. Angka ini sebenarnya telah mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yang berada di level 4,7%.
Namun kondisi ini tidak serta merta membuat biaya hidup warga Inggris ikut mengalami penurunan. Sebab harga barang dan jasa konsumen di negara itu tercatat naik sebesar 9,6% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kondisi ini terjadi lantaran harga pangan dan energi terus meningkat tajam dalam setahun terakhir, khususnya harga gas akibat konflik di Ukraina. Kemudian pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid-19 yang belum maksimal semakin memberikan tekanan pada harga-harga kebutuhan pokok.
Berdasarkan situs berita Bigissue, masalahnya tidak semua warga mampu menghadapi krisis kenaikan biaya hidup ini. Sebab tidak semua pekerja menerima kenaikan gaji yang sesuai dengan inflasi.
Parahnya lagi, sepanjang 2023 telah terjadi peningkatan angka pengangguran akibat banyaknya perusahaan yang terpukul oleh suku bunga yang tinggi dan lebih dari 200.000 PHK dilakukan antara bulan Mei dan Juli. Kondisi ini tentu memperparah kondisi ekonomi The Black Country ini.
Masih belum cukup, tingginya suku bunga di Inggris yang juga menyebabkan pembayaran hipotek meningkat. Akibatnya banyak, pemilik tanah menaikkan harga sewa rumah atau bangunan mereka yang mengakibatkan biaya tempat tinggal meningkat.
Kondisi ini masih diperparah lagi dengan adanya kenaikan biaya makanan yang tercatat meningkat sebesar 9,2% per November 2023. Kenaikan harga pangan ini jauh melebihi tingkat pertumbuhan upah warga Inggris.
Kondisi ini membuat banyak juga warga Inggris yang menghadapi utang menumpuk karena mereka berjuang untuk menutupi biaya hidup yang melonjak.
Tercatat utang rumah tangga di Inggris berada di level £22 miliar atau Rp 435,16 triliun (kurs Rp 19.780/pounds Inggris). Sebagian besar utang ini termasuk dalam tagihan biaya utilitas, pajak dewan, ditambah kelebihan pembayaran tunjangan dan kredit pajak.
Selanjutnya sekitar 7,8 juta orang tercatat meminjam uang untuk membayar tagihan energi mereka dalam enam bulan pertama tahun 2023, dan kondisi ini membuat jumlah orang yang memiliki utang energi terus meningkat bahkan sebelum musim dingin dimulai.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa pada akhir tahun 2023, jumlah orang yang akan melakukan pinjaman untuk biaya energi selama musim dingin meningkat 26% bila dibandingkan dengan tahun 2022.
Lihat juga Video 'Inggris Dilanda Banjir Setelah Diterjang Badai Henk':
(fdl/fdl)