Pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) bukanlah hal yang gampang. Ada banyak tahapan yang harus dilewati.
Direktur Utama PT Len Industri (Persero) Bobby Rasyidin menerangkan, dari sisi teknis belum tentu alutsista yang dipakai suatu negara akan cocok dipakai dengan Indonesia. Dia mengatakan, perlu dilihat spesifikasi teknis (spectec) yang dibutuhkan oleh tentara Indonesia. Selain itu,harus dipahami pula mengenai operational requirements (oprec) atau persyaratan operasinya.
Menurutnya, kedua hal tersebut tidak bisa digodok dalam sehari-dua hari.
"Itu bisa setahun bisa dua tahun, pesawat apa yang cocok buat Indonesia, ada nggak infrastrukturnya pendukungnya, ada nggak kru yang bisa langsung on board ke sana, bagaimana kru pendukungnya, bagaimana karakteristik ancaman yang ada di Indonesia. Itu dipelajari semua lahirnya spectec dan oprec," katanya dalam acara Membangun Kekuatan Pertahanan di Kawasan Regional yang disiarkan Youtube Media Center Indonesia Maju, Jumat (12/1/2024).
Selanjutnya, kata dia, pembicaraan dengan pabrikan. Dia mengatakan, bicara dengan pabrikan tidak seperti membeli mobil. Dia mengatakan, dalam pengadaan harus menyesuaikan sistem hingga mesin yang dibutuhkan.
"Ini kan semua customize, makanya kalau kita bicara pengadaan alutsista itu sendiri, itu diskusinya bisa hampir sama panjang, sama lama dengan production-nya sendiri," ujarnya.
Selain itu, dia menuturkan, kebijakan Indonesia yang tidak berpihak atau non blok. Menurutnya, hal itu membuat Indonesia tidak dengan gampang membeli alutsista.
"Kita butuhkan yang namanya power of diplomasi," katanya.
(kil/kil)