Harta Lima Crazy Rich Dunia Makin Banyak, Jadi Rp 13.469 Triliun!

Harta Lima Crazy Rich Dunia Makin Banyak, Jadi Rp 13.469 Triliun!

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 15 Jan 2024 13:31 WIB
ilustrasi harta dan uang
Ilustrasi harta kekayaan - Foto: Getty Images/iStockphoto/Moussa81
Jakarta -

Kekayaaan lima orang terkaya di dunia naik hingga dua kali lipat menjadi US$ 869 miliar atau sekitar Rp 13.469 triliun (kurs Rp 15.500) sejak tahun 2020. Sementara, 60% masyarakat termiskin di dunia atau sekitar 5 miliar orang kehilangan harta mereka.

Dikutip dari The Guardian, Senin (15/1/2024), data tersebut muncul di laporan Oxfam saat orang-orang terkaya di dunia berkumpul di Davos, Swiss untuk menghadiri pertemuan tahunan World Economic Forum. Pertemuan itu dihadiri oleh para pemimpin politik, eksekutif perusahaan dan orang-orang kaya.

Dalam laporan itu juga disebutkan, kesenjangan antara si kaya dan miskin kemungkinan akan naik. Laporan ini memberi peringatan, jika tren tersebut terus berlanjut, maka kemiskinan dunia tidak akan bisa dihilangkan hingga 229 tahun ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang peningkatan kesenjangan terjadi sejak pandemi COVID-19. Oxfam menyatakan, para miliarder dunia kekayaannya meningkat US$ 3,3 triliun dibandingkan tahun 2020. Kekayaan mereka tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan inflasi.

Dalam laporan tersebut disebutkan, Inequality Inc menemukan bahwa tujuh dari 10 perusahaan terbesar di dunia memiliki seorang miliarder sebagai CEO atau pemegang saham utama, meskipun standar hidup jutaan pekerja di seluruh dunia mengalami stagnasi.

ADVERTISEMENT

Sementara, data yang dikumpulkan oleh perusahaan riset Wealth X, kekayaan gabungan lima orang terkaya di dunia yakni Elon Musk, Bernard Arnault, Jeff Bezos, Larry Ellison, dan Mark Zuckerberg meningkat sebesar US$ 464 miliar atau 114%. Pada periode yang sama, total kekayaan 4,77 miliar orang termiskin yang merupakan 60% populasi dunia telah menurun sebesar 0,2% secara riil.

"Orang-orang di seluruh dunia bekerja lebih keras dan dengan jam kerja yang lebih lama, sering kali karena upah yang sangat rendah dalam pekerjaan yang berbahaya dan tidak aman," kata laporan tersebut.

"Di 52 negara, upah riil rata-rata hampir 800 juta pekerja telah turun. Para pekerja ini telah kehilangan total kerugian sebesar US$ 1,5 triliun selama dua tahun terakhir, setara dengan hilangnya gaji selama 25 hari untuk setiap pekerja," lanjutnya.

(acd/kil)

Hide Ads