Neraca Dagang RI Surplus 44 Bulan Beruntun, Kemenkeu Waspadai Situasi di 2024

Neraca Dagang RI Surplus 44 Bulan Beruntun, Kemenkeu Waspadai Situasi di 2024

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 16 Jan 2024 10:52 WIB
Neraca perdagangan pada Oktober 2017 tercatat surplus US$ 900 juta, dengan raihan ekspor US$ 15,09 miliar dan impor US$ 14,19 miliar.
Ilustrasi ekspor impor - Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Neraca perdagangan Indonesia pada periode Desember 2023 surplus US$ 3,3 miliar. Capaian ini merupakan yang ke-44 bulan berturut-turut dan dianggap sebagai bukti bahwa neraca perdagangan Indonesia tetap baik di tengah perlambatan ekonomi global.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Kacaribu mengatakan surplus neraca perdagangan menunjukkan daya tahan perekonomian Indonesia di tengah peningkatan risiko global. Secara kumulatif sepanjang 2023 total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 36,93 miliar.

"Meski mengalami penurunan dibandingkan 2022, surplus neraca perdagangan di tahun 2023 kemarin menunjukkan daya tahan eksternal perekonomian nasional di tengah peningkatan risiko global, termasuk moderasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama seperti China," kata Febrio dalam keterangan tertulis, Selasa (16/1/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nilai ekspor Indonesia pada 2023 tercatat sebesar US$ 258,82 miliar atau di bawah capaian ekspor tahun sebelumnya yang tercatat US$ 291,90 miliar. Meski secara nominal mengalami penurunan, dari sisi volume ekspor Indonesia tahun 2023 masih tumbuh 8,55% (yoy).

"Perlambatan nilai ekspor sejalan dengan moderasi harga komoditas unggulan Indonesia seperti minyak kelapa sawit dan batu bara. Selain itu, perlambatan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia juga memberikan andil terhadap perlambatan nilai ekspor Indonesia," jelas Febrio.

ADVERTISEMENT

Sepanjang 2023, ekspor Indonesia masih terkonsentrasi di negara Tiongkok dengan share 25,66%, Amerika Serikat dengan share 9,57%, dan India dengan share 8,35%. Sementara itu, ekspor Indonesia menuju Asean dan Uni Eropa masing-masing memiliki share 18,35% dan 6,78% terhadap total ekspor Indonesia di tahun 2023.

Sementara itu, impor Indonesia sepanjang 2023 mencapai US$ 221,89 miliar, turun sekitar 6,55% (yoy) dibandingkan tahun 2022. Penyumbang perlambatan impor terbesar yaitu mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya, sementara mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya menyumbang kenaikan impor.

Sama seperti ekspor, secara volume impor Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar 8,04% (yoy), sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik. Secara sektoral, impor barang modal dan barang konsumsi mencatatkan pertumbuhan positif, sementara impor bahan baku mengalami penurunan.

Pada 2024 aktivitas ekonomi global diperkirakan masih akan menghadapi risiko dan ketidakpastian, tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas. Hal itu diakui secara langsung akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas perdagangan Indonesia di 2024.

"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi negara mitra dagang utama," tutup Febrio.

Simak juga Video 'BPS Catat Ekspor RI di Desember 2022 Merosot Jadi US$ 23,83 M':

[Gambas:Video 20detik]



(aid/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads