Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran mengatakan salah satu program kunci pihaknya adalah swasembada pangan, termasuk untuk bagi-bagi susu gratis.
"Tentu tidak bisa langsung melonjak drastis dalam 1-2 tahun, ada tahapannya," kata Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo saat dihubungi, Selasa (16/1/2024).
Dradjad mengklaim program susu gratis yang diusung Prabowo-Gibran nantinya akan sangat menguntungkan peternak, koperasi, para pekerja, dan semua yang terlibat dalam rantai pasok susu domestik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan program susu gratis, negara menjadi offtaker, menjadi pembeli bagi produksi peternak. Begitu program ini dijalankan, saya yakin harga susu akan terjaga sangat bagus. Sederhana saja, itu karena permintaan dan pembelinya terjamin. Jadi program ini sangat menguntungkan peternak, koperasi, para pekerja, dan semua yang terlibat dalam rantai pasok susu domestik," imbuhnya.
Untuk menaikkan produksi susu domestik secara signifikan, Indonesia dinilai perlu menambah populasi sapi perah dalam jumlah besar. Oleh karena itu pihaknya berencana impor sapi perah, salah satunya dari India.
"Jenis yang paling cocok tentu Grati yang sudah banyak di Jawa Timur, tapi mengandalkan Grati dan sapi persilangan lain tidak akan cukup. Kita perlu menambah dengan sapi perah impor, dari berbagai negara. Tentu semuanya harus bebas PMK. Berbahaya jika tidak," jelas Dradjad.
Jika sudah begitu, program susu gratis dinilai akan membuka banyak lapangan pekerjaan dan bisnis. Mulai dari impor indukan sapi, peternak, rantai pasok susu, hingga penelitian sapi dan penyakit sapi, produksi rumput dan pakan, sampai bahan bangunan.
"Sapi kan perlu kandang. Uangnya berputar di ekonomi rakyat. Efek multipliernya tinggi," imbuhnya.
Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memiliki salah satu program unggulan yakni membagikan susu gratis jika memenangkan Pilpres 2024. Di tengah rencana tersebut ternyata Indonesia masih impor susu dalam jumlah banyak.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2023 Indonesia impor susu senilai US$ 921,42 juta atau setara Rp 14,34 triliun (kurs Rp 15.572). Angka tersebut setara dengan volume impor mencapai 287,97 ribu ton, turun dibandingkan 2022 yang mencapai 338 ribu ton.
Negara yang paling banyak memasok susu ke Indonesia adalah Selandia Baru dengan nilai US$ 493,24 juta. Di urutan kedua ada Amerika Serikat dengan nilai impor sebesar US$ 210,49 juta, kemudian disusul Australia US$ 81,82 juta, Belgia US$ 53 juta dan Malaysia US$ 20 juta.
Catatan dari Ekonom tentang Program Susu Gratis
Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira berpandangan program susu gratis bisa memicu beberapa masalah. Pertama, impor susu akan melonjak tajam dan untungkan peternak asing.
"Jadi yang marjin keuntungannya besar ya importir susu. Impor yang melonjak tajam khawatir bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah dan neraca dagang. Jadi sisi gejolak ekonomi yang timbul juga perlu diwaspadai," ucap Bhima.
Kedua, terjadi risiko kenaikan harga susu di pasaran karena persaingan antara pabrikan makanan minuman, susu olahan, UMKM dan pemerintah berebut bahan baku. Hal ini bisa ciptakan inflasi makanan minuman.
Ketiga, tentang kecukupan anggaran negara. Jika program susu gratis nekat dijalankan dengan utang, dinilai bisa membuat APBN tidak sehat.
"Anggaran negara apa cukup? Dan kalau nekat pakai utang bagaimana konsekuensi bunga utangnya? Kita tidak sedang berada di kondisi APBN yang mewah, tahun ini saja pendapatan dari komoditas diperkirakan anjlok, defisit APBN kembali melebar," ujar dia.
Hal yang sama juga disampaikan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal. Program susu gratis dinilai akan meningkatkan impor karena pasokan yang tersedia di dalam negeri tidak bisa tercukupi dalam waktu singkat.
"Kapasitas produksi susu dalam negeri tidak bisa digenjot dalam waktu singkat untuk bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut. Sekarang 70% susu kita impor, hanya 30% bisa disuplai dari dalam negeri sehingga akan mendorong impor susu," ucap Faisal.
(aid/kil)