Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menganalisis peran platform digital terhadap kinerja UMKM melalui studi berjudul 'Peran Platform Digital terhadap pengembangan UMKM di Indonesia'. Termasuk melihat inisiatif platform e-commerce dalam mengadakan program pelatihan bagi UMKM.
Diketahui, riset ini secara garis besar mengungkapkan penggunaan platform digital dalam bisnis dapat membantu pelaku UMKM meningkatkan omzet dan menciptakan lapangan kerja baru.
Berdasarkan hasil riset INDEF yang dirilis Kamis (25/1), 34,65 persen dari total responden UMKM mengetahui adanya inisiatif berbagai platform e-commerce yang mengadakan program pelatihan UMKM. Adapun contoh pelatihan UMKM yang diadakan oleh platform e-commerce antara lain Blibli University, Kampus UMKM (Ekspor) Shopee, Sekolah Kilat Seller Tokopedia, Seller University TikTok, hingga Lazada University.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari banyaknya program pelatihan UMKM yang tersedia, riset INDEF mengungkapkan program pelatihan yang diadakan oleh Shopee menjadi program pelatihan yang paling banyak diketahui oleh pelaku UMKM.
Adapun tiga program pelatihan UMKM yang paling banyak diketahui pelaku UMKM di antaranya Kampus UMKM (Ekspor) Shopee (25,98 persen), Program Ekspor Shopee (17,32 persen), dan Sekolah Kilat Seller Tokopedia (6,30 persen).
Diketahui, banyaknya ragam program pelatihan ini dihadirkan platform e-commerce seperti Shopee agar pelaku UMKM lebih kreatif. Serta mendorong UMKM mengembangkan usahanya di tengah persaingan bisnis online yang semakin ketat.
Sejumlah pelatihan yang ada memberi kesempatan bagi UMKM untuk mempelajari topik yang paling dasar, seperti membuat toko di e-commerce, mengelola toko online, meningkatkan pesanan dengan menggunakan berbagai fitur dan program kampanye, hingga cara menjangkau pembeli di luar negeri.
Hadirnya program pelatihan ini turut merespons kebutuhan para pelaku UMKM yang sudah melek digital namun masih menghadapi tantangan dalam mengoptimalkan platform digital. Beberapa tantangan utama tersebut antara lain ketatnya persaingan antar pelaku usaha dalam platform digital (96,46 persen) hingga kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam penggunaan platform digital (83,46 persen).
Hal ini sejalan dengan hasil survei kolaborasi Kominfo dan Katadata Insight Center yang menyebut indeks literasi digital Indonesia di 2023 masih tergolong rendah, yaitu di level 3,65. Untuk itu, beragam cara dilakukan untuk memberi pendampingan dan membantu meningkatkan keahlian para pelaku UMKM.
Kendati begitu, upaya meningkatkan keahlian digital pelaku UMKM ini memang membutuhkan kerja sama dari semua pihak. Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga, Kementerian Koperasi dan UKM Riza Damanik mengungkapkan kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan digital penting dilakukan, salah satunya melalui pendampingan dalam mendorong program digitalisasi UMKM.
![]() |
"Inisiatif kolaborasi dengan perusahaan seperti Shopee, Lazada, dan lain-lain sudah berjalan. Kami juga berusaha mendorong mereka untuk semakin aktif dan terlibat untuk terus melakukan pendampingan, selain yang sudah dilakukan oleh pemerintah. Kita berharap engagement-nya juga bisa semakin besar," jelas Riza Damani dalam keterangan tertulis, Senin (29/1/2024).
Kolaborasi dari pemerintah, sektor industri, hingga masyarakat luas diharap dapat menghadirkan program pelatihan digital UMKM yang mampu membantu pemerintah mendorong digitalisasi UMKM ke depannya. Apalagi, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia menargetkan 50% UMKM bisa go digital pada tahun 2030.
(prf/ega)