Luhut Ungkap Banyak Negara Bingung Jokowi Berani Setop Ekspor Bahan Mentah

Luhut Ungkap Banyak Negara Bingung Jokowi Berani Setop Ekspor Bahan Mentah

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 03 Feb 2024 13:42 WIB
Presiden Jokowi bertolak menuju Phnom Penh, Kamboja. Luhut dan Prabowo ikut melepas keberangkatan Jokowi.
Foto: Pool/Birosetpres/Muchlis Jr
Jakarta -

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan banyak negara bingung dengan keberanian Indonesia yang melakukan hilirisasi dan menyetop ekspor bahan mentah. Menurut Luhut hal itu tak lain demi bisa bertahan dan memberikan nilai tambah

Ia menyatakan, rakyat harus menikmati nilai tambah dari ekspor sumber daya alam Indonesia. Luhut menilai langkah hilirisasi tak lepas dari keberanian Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Salah satu program yang menonjol itu adalah hilirisasi yang itu diakui dunia. Dan di teman-teman negara berkembang di Afrika, sekarang mencontoh kita, dan mereka itu bingung kenapa Presiden Joko Widodo berani melakukan menyetop ekspor raw materialnya ke negara-negara maju," katanya di Instagramnya @luhut.pandjaitan, Sabtu (3/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya jelaskan kita masalah survival. Kita harus menikmati, rakyat Indonesia harus menikmati nilai tambah itu, dan ini keberanian presiden Jokowi melakukan itu," lanjutnya.

Luhut memang berkali-kali membeberkan manfaat hilirisasi bagi Indonesia. Salah satunya terkait hilirisasi komoditas seaweed atau rumput laut yang bisa menjadi pupuk organik, plastik, hingga biodiesel.

ADVERTISEMENT

"Dan kemudian hilirisasi seaweed, rumput laut. Tidak ada atau mungkin atau sedikit sekali bangsa ini yang tahu bahwa sekarang terjadi perubahan yang luar biasa. Ini program tidak jangka pendek, jangka menengah panjang," imbuhnya.

Oleh karena itu ia berpendapat perlu presiden yang mampu melanjutkan hilirisasi. Adapun Luhut sudah menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto.

"Karena ini program yang sangat baik sekali. Ini saya pikir perlu presiden yang paham dengan ini dan mau melakukan ini. Jangan pula nanti robah ganti lain. ganti lagi nanti kita riset 4 tahun mengenai seaweed ini atau lebih malah," pungkasnya.

(ily/hns)

Hide Ads