Bantuan pangan beras 10 kilogram telah diberikan pemerintah sejak akhir tahun lalu. Bantuan untuk 22 juta orang ini diberikan untuk mengantisipasi tingginya harga beras di Indonesia.
Seiring dengan itu, beras mengalami kelangkaan dan kenaikan harga di pasar. Banyak anggapan bantuan beras menjadi faktor yang menyebabkan kelangkaan terjadi.
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Bidang Perekonomian Edy Priyono menepis anggapan tersebut. Menurutnya bantuan pangan tidak mempengaruhi kelangkaan dan kenaikan harga beras. Justru menurutnya harga beras bisa turun dengan bantuan pangan yang digelontorkan pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, pemerintah mengucurkan beras gratis kepada 22 juta rumah tangga. Hal itu membuat permintaan beras turun di pasar, bila permintaan turun, secara teori seharusnya harga beras bisa turun.
"Gimana dampak ke harga? Sekarang kalau kita bicara teori ya, kita bicara supply demand. Kalau demand turun harga turun, nah sekarang kalau untuk 22 juta rumah tangga, penerima bantuan pangan itu per teori kan mereka nggak beli beras, ya kan. Berarti demand turun dong harusnya, jadi secara komersial dia justru bisa menurunkan harga. Gitu. Bukan malah menaikkan," jelas Edy kepada wartawan di Kantor KSP, Jakarta Pusat, Senin (19/2/2024).
Menurutnya, pemerintah sudah membedakan alokasi beras untuk bantuan pangan dan juga alokasi beras untuk menekan harga. Semua dilakukan dengan cadangan beras pemerintah, maka dari itu hal ini tidak akan membuat stok beras di pasar berkurang. Ujungnya dia menegaskan stok yang digunakan untuk bantuan pangan tak membuat stok di pasar jadi langka.
"Alokasi cadangan beras pemerintah tidak mengurangi alokasi cadangan beras pemerintah yang digunakan untuk stabilisasi harga dan pangan," kata Edy.
"Jadi bukan saya sekedar saya menguatkan statement bapak presiden, tapi memang secara teknokratis engga masuk tuduhan bahwa bantuan pangan menyebabkan beras naik, enggak dong, bagaimana bisa ? Wong sumbernya dari cadangan beras pemerintah yang udah ada," lanjutnya.
Lebih lanjut, soal mahalnya harga beras, menurut Edy hal itu memang terjadi di semua negara. Harga gabah di tingkat petani pun naik, maka dari itu harga pun jadi mahal.
Untuk mengantisipasi hal itu pemerintah sendiri menyalurkan beras Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar. Harga beras SPHP lebih murah dari yang dijual di pasar, harapannya harga juga bisa turun.
"Kalau lagi mahal ya Bulog melepas berasnya. Dijual dengan harga lebih rendah dari pasar. Kan harga beras Bulog lebih rendah. Dengan harapan harga akan turun. Atau, paling tidak kenaikan bisa ditahan. Dan itu, itu menurut hemat kami efektif. Paling tidak untuk menahan harga," papar Edy.
Kembali ke bantuan pangan 10 kilogram, Edy bilang bantuan ini juga diberikan agar masyarakat kelas bawah bisa tetap mendapatkan beras tanpa harus membeli dengan harga yang mahal. Dengan begitu, semua masyarakat tetap bisa makan.
"Jadi saya mau bilang bahwa bantuan pangan itu kan solusi jangka pendek untuk kelompok kurang mampu, ketika harga tinggi. Jadi meski harga tinggi mereka tetap bisa makan," ujar Edy.