Kabar Jepang dan Inggris yang terjun dalam jurang resesi disebut bisa berdampak terhadap kinerja ekspor dan jumlah investasi yang masuk ke Indonesia. Guna mengatasi hal tersebut, elemen pengusaha berharap transisi politik pasca Pemilu 2024 berjalan lancar dan mulus.
"Yang dilakukan untuk mengantisipasi (dampak resesi Jepang dan Inggris), ya, fokus pada transisi politik yang smooth," ucap Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W. Kamdani, saat dihubungi detikcom.
Shinta mengatakan transisi politik bisa mendorong pemulihan terhadap persepsi ketidakpastian terhadap iklim usaha dan investasi di Indonesia. Hal itu juga diperlukan guna menciptakan stabilitas makro ekonomi yang baik, serta menghadirkan stimulasi guna meningkatkan kinerja atau produktivitas usaha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Khususnya untuk mendongkrak ekspor ke pasar tradisional dan non-tradisional, serta fokus pada reformasi struktural lanjutan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing iklim usaha ekonomi nasional," jelasnya.
Bila semua upaya tersebut dilakukan, Shinta optimis dampak resesi Jepang dan Inggris terhadap penerimaan ekspor dan investasi Indomesia bisa dikendalikan. Transisi politik yang mulus pun diyakininya mampu mendorong aktivitas ekonomi alias mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Menciptakan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri maupun melalui aktivitas ekonomi dengan negara lain," tegasnya.
Berdasarkan catatan detikcom, dua negara ekonomi besar dunia yakni Jepang dan Inggris telah masuk ke dalam jurang resesi. Perekonomian kedua negara tersebut sudah mengalami penyusutan selama dua kuartal berturut-turut sehingga secara masuk resesi teknis.
Melansir dari Reuters, Kamis (15/2/2024), pemerintah Jepang mencatat, Produk domestik bruto (PDB) turun 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada periode Oktober-Desember 2023, setelah turun 3,3% pada kuartal sebelumnya.
Sebelumnya ekonom justru memperkirakan median pertumbuhannya akan ada kenaikan sebesar 1,4%. Sedangkan secara triwulanan, PDB turun 0,1% dibandingkan perkiraan median yang memperkirakan kenaikan 0,3%. Penyusutan ini terjadi akibat lemahnya permintaan domestik.
Selain Jepang, Inggris juga secara teknis sudah masuk ke dalam jurang resesi. tercatat PDB negara ini mengalami penurunan sebesar 0,3% di kuartal IV-2023. Padahal sebelumnya perekonomian negara yang dipimpin Raja Charles ini sudah menyusut sebesar 0,1% antara Juli dan September (kuartal III-2024).
Meski belum ada pengumuman resmi dari pemerintah Inggris soal resesi, namun secara teknis negara ini sudah jatuh ke dalam jurang resesi. Sebab jika ekonomi sebuah negara tumbuh negatif dalam dua kuartal berturut artinya sudah masuk dalam kondisi resesi teknikal.
Jatuhnya Inggris ke dalam resesi ini tentu dapat meningkatkan tekanan pada Bank Sentral Inggris (Bank of England/BOE) untuk segera menurunkan suku bunga. Selain itu para pengusaha negara itu juga sudah meminta bantuan dari pemerintah agar bisa meningkatkan daya saing mereka saat ini.
(das/das)