Saham Puma Naik Meski Penjualan Produk Turun, Kok Bisa?

Saham Puma Naik Meski Penjualan Produk Turun, Kok Bisa?

Amalia Putri - detikFinance
Kamis, 29 Feb 2024 10:49 WIB
Ilustrasi toko Puma.
Foto: AP/CHRISTOF STACHE
Jakarta -

Perusahaan perlengkapan olahraga, Puma, mengalami penjualan penurunan pada 2023 lalu. Bahkan di 2024 ini, Puma memperkirakan penjualannya sulit mengalami perbaikan. Gara-gara apa?

CEO Puma Arne Freundt memperkirakan penjualan produk mereka akan semakin melemah pada kuartal pertama tahun ini karena pasar pakaian olahraga yang semakin menantang. Inflasi juga jadi salah satu penyebabnya.

Meski penjualan turun, namun saham Puma mengalami kenaikan. Perusahaan tetap mempertahankan nilai dividen mereka dan tetap berpegang pada target tahunan yang telah ditetapkan pada bulan Januari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memasuki tahun 2024, kami melihat lingkungan pasar masih penuh tantangan," ucap Arne Freundt dikutip dari Reuters, Kamis (29/2/2024).

Saham Puma tercatat naik 1%, karena perusahaan mengumumkan laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham sebesar 82 sen per saham dan mengumumkan akan meluncurkan produk baru pada bulan April mendatang.

ADVERTISEMENT

Menurut para analis, penurunan penjualan Puma sangat mengejutkan. Penjualan Puma di kawasan Eropa, Timur tengah, dan Afrika turun 5,2% pada kuartal keempat menjadi 667,9 juta euro atau sekitar Rp 11,3 triliun (kurs Rp 16.948) dibandingkan dengan peningkatan 9,9% pada kuartal ketiga.

Penjualan yang disesuaikan dengan mata uang Amerika mengalami penurunan 6,4% menjadi 846 juta euro atau sekitar Rp 14,3 triliun. Hal ini juga dipengaruhi oleh turunnya mata uang peso Argentina. Penurunan nilai mata uang ini diperkirakan akan terus berdampak pada profitabilitas mereka pada kuartal pertama.

Satu-satunya wilayah yang mengalami kenaikan penjualan adalah Asia Pasifik. Pada kuartal keempat, kenaikannya mencapai 2,8% yaitu menjadi 468,3 juta euro atau sekitar Rp 7,9 triliun (kurs Rp 16.948). Kenaikan ini terjadi akibat pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah China dan India, sementara penjualan di wilayah Asia lainnya dipengaruhi oleh selera konsumen.

Di tengah kelebihan stok produk karena penurunan penjualan, Puma mengatakan persediaannya berada di angka 1,8 miliar euro atau sekitar Rp 30 miliar (kurs Rp 16.948) pada akhir tahun 2023, turun 19,6% dari tahun sebelumnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads