Pengajar Komunikasi Pemasaran di London School of Public Relations, Safaruddin Husada mengatakan saat ini marak informasi palsu atau hoaks yang bertebaran di internet dan media sosial. Menurutnya dalam hal ini tidak sedikit hoaks yang ikut disebarkan oleh para influencer.
Dia pun buka suara terkait brand Le Minerale yang seperti menjadi sorotan di media sosial dalam beberapa waktu terakhir. Hal itu menyangkut isu kandungan bromat pada Le Minerale yang diklaim di atas ambang batas aman dan seketika bisa memicu kanker.
Safaruddin menyebut fenomena tersebut sejatinya tak lebih dari persaingan bisnis yang tidak etis.
"Sepertinya memang ada pihak tertentu yang merasa terganggu dan ingin merusak citra Le Minerale. Indikasinya mudah terbaca dari aksi sejumlah influencer yang bernyali menyebar informasi tanpa validitas terkait keamanan dan mutu Le Minerale," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (5/3/2024).
Kendati demikian, di sisi lain, Safaruddin melihat keriuhan di balik hoaks bromat justru semakin memberi kesempatan bagi Le Minerale untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya, baik dari sisi keamanan dan mutu.
"Le Minerale perlu lebih giat mengkomunikasikan hasil uji laboratorium independen atas keamanan dan mutu produk ke konsumen," katanya.
Dia menilai Le Minerale sebagai produsen air minum dalam kemasan (AMDK), harus lebih gencar dalam menangkis berbagai serangan terkait keamanan dan mutu produk. Termasuk dengan menggambarkan ketaatan perusahaan atas Good Manufacturing Practices (GMP) dan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) yang menjadi parameter keunggulan dalam industri air kemasan.
"Yang seperti itu jitu meningkatkan kepercayaan masyarakat dari waktu ke waktu, sekaligus untuk membentengi konsumen dari pengaruh influencer yang melacurkan diri sebagai tukang jagal kompetitor," kata Safaruddin.
Senada, Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Pembangunan Jaya, Algooth Putranto mengungkapkan isu kandungan bromat pada air kemasan bermerek tak lebih dari isapan jempol semata yang bertujuan bertujuan merusak reputasi dan pasar Le Minerale.
"Isu tersebut adalah hoaks, jelas merupakan black campaign, fitnah yang melebihi kampanye negatif yang hanya menyoroti sisi negatif suatu produk," katanya.
Dia pun menyarankan agar Le Minerale melaporkan pembuat video hoaks ke polisi. "Bilapun nanti terjadi kontaminasi bromat yang melebihi ambang batas aman, yang paling berhak bersuara adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan selaku otoritas tertinggi keamanan dan mutu pangan, bukan influencer yang tak jelas asal usulnya," tuturnya.
Lebih jauh, Algooth menengarai kemunculan video hoaks bromat bagian dari strategi kompetitor Le Minerale berkelit dari isu.
"Dengan menghembuskan isu Bromat, tentunya dengan meminjam tangan influencer, ada kompetitor Le Minerale yang leluasa mengalihkan perhatian publik dari isu dari yang menderanya, semisal isu dukungan terhadap Israel atau risiko senyawa kimia berbahaya Bisfenol A (BPA) pada kemasannya," katanya.
Sikap Badan Perlindungan Konsumen
Di sisi lain, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Republik Indonesia, Muhammad Mufti Mubarok, mewanti-wanti influencer di media sosial untuk berhati-hati dalam memberikan pernyataan terkait barang ataupun jasa milik pelaku usaha. Jika tidak, maka mereka bisa saja tersangkut masalah hukum.
"Pelaku usaha/produsen, yang merasa dirugikan oleh tindakan atau perbuatan influencer, punya hak penuh untuk menempuh jalur hukum," katanya.
Menurut Muhammad, pemengaruh atau influencer memang punya hak untuk menyampaikan pendapat atas produk atau jasa tertentu. Meski begitu, publik juga perlu menyadari tak selamanya pemengaruh menyampaikan informasi yang benar dan dengan itikad baik.
"Mereka bisa juga salah, ataupun keliru. Pemerintah berkomitmen mendengar pengaduan konsumen terkait dengan perbuatan pemengaruh yang diduga melakukan penyimpangan untuk mencari keuntungan pribadi," tegasnya.
Sebagai informasi, beberapa waktu lalu beredar video di TikTok soal tingginya kandungan bromat pada produk Le Minerale. Awalnya, video tersebut diunggah oleh pemilik akun berinisial 'GV'. Pada video berdurasi singkat itu, dia mengklaim bromat sebagai senyawa kimia yang seketika memicu kanker.
Akan tetapi, video tersebut tak menyertakan informasi yang bisa diverifikasi independen. Video tersebut juga dinilai seperti sedang 'menggergaji' reputasi Le Minerale lantaran produk besutan PT Tirta Fresindo Jaya tersebut digambarkan satu-satunya yang memiliki kandungan bromat lima kali di atas ambang batas aman.
Tak lama setelah video tersebut ramai di jagat medsos, Le Minerale segera mempublikasikan hasil uji laboratorium yang menunjukkan kadar Bromat pada produk perusahaan jauh di bawah ambang batas aman dan setelah Kementerian Komunikasi dan Informasi menerapkan cap 'hoaks' pada konten video viral di platform Tiktok tersebut.
Penegasan keamanan dan mutu Le Minerale juga belakangan dipertegas secara resmi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
"Hasil uji laboratorium BPOM atas kadar bromat pada Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) menunjukkan semuanya memenuhi ketentuan keamanan, tidak ada yang melampaui ambang batas berbahaya," kata Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Badan POM, Noorman Effendi.
Simak Video "Video Bantahan Hendropriyono soal Viral Rekaman Mirip Dirinya Bahas Kondisi RI"
(prf/prf)