Mengintip Ceruk Besar Industri Streaming Video Berbayar

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Kamis, 07 Mar 2024 07:45 WIB
Ilustrasi SVOD/Foto: Pixabay
Jakarta -

Program digitalisasi penyiaran dan penetrasi smartphone yang semakin tinggi di Indonesia menjanjikan peluang bagi industri layanan streaming video tumbuh jauh lebih besar. Di tengah serbuan para raksasa global, pemain lokal berusaha agar tetap bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Nilai pasar sektor video online di Indonesia adalah US$ 1,3 miliar. Khusus untuk kategori SVOD, punya nilai pasar sekitar US$ 500 juta hari ini. Executive Director dan Co-Founder Media Partners Asia, Vivek Couto

Ceruk Besar

Bisnis layanan streaming video di Indonesia saat ini terus berkembang. Sejumlah platform datang dengan segala konten dan fitur yang dimilikinya untuk memikat para pengguna gawai.

Sebut saja Youtube, Instagram, dan Tiktok yang hadir dari kategori media sosial. Popularitas ketiga platform streaming video tersebut ikut menggenjot penetrasi penggunaan smartphone di Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), penetrasi smartphone di Indonesia pada tahun 2023 telah mencapai 92,5%. Sedangkan jumlah pengguna internet di Indonesia menurut laporan We Are Social ada di angka 213 juta orang.

Angka ini menjadi ceruk besar yang masih sangat potensial untuk digarap. Belum lagi, saat ini pemerintah telah melakukan migrasi penyiaran dari sistem analog ke digital untuk seluruh siaran televisi. Hal ini telah membuka peluang bisnis streaming video berbayar menjadi lebih besar lagi.

Statista mencatat, proyeksi pendapatan di pasar subscription video on demand (SVOD) alias video berbayar untuk seluruh dunia mencapai US$ 108,50 miliar pada tahun 2024. Sedangkan di Asia, proyeksi pendapatan pasar SVOD mencapai US$ 32,64 miliar.

Sejumlah nama besar raksasa global pun hadir di Indonesia untuk meramaikan persaingan memperebutkan ceruk besar layanan SVOD tersebut. Sebut saja Netflix, Disney+, hingga Prime Video yang datang dengan kas besarnya.

Namun kehadiran para raksasa global tersebut tak menyurutkan semangat pemain lokal ikut berkompetisi. Vidio, salah satu pionir lokal layanan SVOD menunjukkan kinerja cemerlang setelah berhasil meraup lebih dari 4 juta pelanggan berbayar dalam satu dekade perjalanannya.

Laporan Media Partners Asia (MPA) mencatat, Vidio kini memimpin pasar platform OTT untuk SVOD, baik dari angka subscribers, downloads, consumer spending, dan monthly active users di Indonesia. Executive Director dan Co-Founder Media Partners Asia, Vivek Couto, mengatakan catatan ini menjadi sinyal baik bagi Vidio untuk melebarkan pangsa yang lebih luas lagi.

"Nilai pasar sektor video online di Indonesia adalah US$ 1,3 miliar. Khusus untuk kategori SVOD, punya nilai pasar sekitar US$ 500 juta hari ini. Indonesia punya potensi besar." kata Vivek dalam acara media gathering di SCTV Tower, Selasa (5/3/2023).

Executive Director dan Co-Founder Media Partners Asia, Vivek Couto. Foto: Eduardo Simorangkir

MPA juga mencatat pertumbuhan bisnis SVOD di Indonesia saat ini merupakan yang tertinggi di Asia. Dalam lima tahun terakhir, pendapatan bisnis streaming video berbayar di Indonesia meningkat 72%; unggul 8% dan 13% dari Korea Selatan dan Thailand yang menyusul di bawahnya.

Namun demikian, dari sisi jumlah pendapatan, bisnis layanan streaming video berbayar di Indonesia saat ini masih cukup kecil. Korea Selatan yang ada di peringkat kedua saat ini memiliki pendapatan di angka US$ 1,5 miliar. Berbanding US$ 366 juta dengan yang ada di Indonesia. Untuk itu, para penyedia layanan OTT diharapkan bisa terus berinovasi untuk menyerap potensi yang ada.

"Vidio, dengan pangsa pemirsa sebesar 21% dan pangsa pendapatan VOD premium sebesar 17%, berada pada posisi strategis untuk ekspansi di masa depan, dengan memanfaatkan series lokal dan konten olahraga utama." lanjut Vivek.

Ini salah satu idealisme kita untuk menyumbang industri kreatif Indonesia lebih bagus lagiCEO PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), Sutanto Hartono

Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Setali tiga uang dengan besarnya potensi industri streaming video berbayar di Indonesia, tantangan untuk menggarapnya juga tak kalah besar. Setidaknya ada empat tantangan yang saat ini dilihat oleh para pemain lokal, di antaranya kompetisi dengan para pemain global, budaya berlangganan dengan bayar yang masih cukup rendah, tingginya pembajakan, hingga sulitnya mengerek pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU/average revenue per unit).

Saat ini Vidio sebagai platform OTT dengan jumlah pelanggan terbanyak di Indonesia mengaku berhasil mengatasi tantangan tersebut, salah satunya dengan mengedepankan konten lokal. Hal ini disampaikan oleh CEO PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), Sutanto Hartono.

Pria yang juga menjabat sebagai CEO Vidio sejak 2019 tersebut bilang, konten lokal menjadi salah satu kunci mendapatkan jumlah pelanggan yang lebih besar. Hal ini mengamini harapannya agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam membangun industri streaming video berbayar.

Dengan potensi pasar yang sangat besar, industri ini diharapkan bisa lebih banyak disumbang oleh para kreator lokal berkualitas. Dalam kurun 2019 hingga 2023, Vidio tercatat telah memproduksi 77 judul serial lokal.

"Ini salah satu idealisme kita untuk menyumbang industri kreatif Indonesia lebih bagus lagi." kata Sutanto yang juga menjabat sebagai CEO Vidio.

CEO PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), Sutanto Hartono. Foto: Eduardo Simorangkir

Vidio juga menawarkan beragam konten, mulai dari TV FTA terlengkap, serial lokal eksklusif, hingga siaran pertandingan olahraga premium yang menunjukkan kemampuan Vidio dalam memonetisasi hak siar.

Selain kualitas konten, keberhasilan layanan Vidio lainnya ditempuh dengan cara menggabungkan layanan melalui berbagai kerja sama untuk menjangkau lebih banyak konsumen, termasuk dalam hal kemudahan pembayaran. Lalu tak lupa pengembangan infrastruktur digital hingga dukungan ekosistem yang telah dimiliki oleh induk perusahaan EMTEK.

Hasilnya, hingga saat ini Vidio berhasil mengumpulkan lebih dari 4 juta jumlah pelanggan, sekaligus menjadi OTT pertama di Indonesia yang meraih jumlah tersebut. Dari sisi kinerja keuangan, Vidio tercatat menorehkan pertumbuhan pendapatan 40,8% pada kuartal III-2023 secara year on year (yoy) di angka Rp 762,9 juta.

"Tujuan Vidio untuk terus menjadi platform OTT nomor 1 di Indonesia. Target kita makin agresif baik dari pendapatan iklan maupun penambahan subscriber." jelas Sutanto.




(eds/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork