Pedagang di Tanah Abang mengaku dibanjiri pertanyaan dari pelanggan untuk memastikan kurma yang dijual bukan berasal dari Israel. Hal itu seiring dengan ajakan boikot kurma Israel yang menggema jelang Ramadan.
Pedagang kurma di Tanah Abang, Dede mengaku banyak terima pertanyaan dari pelanggan tentang asal produk kurma yang dijual. Dia memastikan tidak ada produk kurma asal Israel yang dijual di tokonya.
"Dulu mah beli aja, nggak pernah ada yang tanya. Sekarang pada nanya 'darimana nih? Bukan dari Israel kan?' kita jelasin bukan, kita nggak ada produk dari Israel," kata Dede di Pasar Tanah Abang Blok F, Jakarta Pusat, Rabu (6/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untungnya tidak ada dampak penjualan kurma dari ajakan boikot kurma Israel karena masih banyak merek lain yang tidak kalah enak. Bahkan jelang Ramadan ini, Dede mengaku mengalami peningkatan omzet hingga 30%.
"Nggak ada (dampaknya). Kalau kita sudah jelasin secara jujur pasti mereka tahu. Alhamdulillah (penjualan meningkat) 20-30%," imbuhnya.
Pedagang kurma lainnya, Ira juga mengaku tidak menjual kurma Israel. Sejak serangan Israel ke Palestina mulai Oktober 2023, pelanggan memilih boikot produk Israel dengan secara kritis bertanya.
"Karena ibu-ibu di sini juga sudah tahu barang, mereka fanatik banget, banyak yang tanya (ini produk Israel bukan?), sampai searching di Google," jelas Ira.
Kebanyakan kurma yang dipasok di Tanah Abang berasal dari Uni Emirat Arab (UEA), Turki, Amerika Serikat (AS), dan Afrika. Merek kurma yang dijual mulai dari Palm Tunis, Khalas Barari, Palm'fruit, Rehab Alfursan, hingga Ajwa Al-Madina.
Pedagang Kurma Kebanjiran Pembeli
Ramainya pembeli kurma di Tanah Abang sudah dirasakan sejak seminggu terakhir ini. Mereka yang datang umumnya membeli kurma untuk persediaan saat puasa.
"Ramai dari seminggu terakhir ini, yang paling banyak dibeli itu kurma. Lebih ramai lagi itu kalau Sabtu dan Minggu," kata pedagang kurma di Tanah Abang, Rizky kepada detikcom.
Kurma yang dibeli pun tidak semata-mata untuk dikonsumsi pribadi, ada juga yang membeli kurma dalam jumlah banyak untuk dijual lagi. Ada pula yang membelinya untuk 'buah tangan' acara pengajian.
"Kebanyakan kalau mau puasa gini sih buat dijual lagi, kita sudah mulai kirim-kirim, ke seluruh Indonesia," jelas Rizky.
Pedagang kurma lainnya bernama Wahyu, mengaku sudah mulai banyak permintaan untuk Ramadhan ini. Pembeli yang datang ke tokonya disebut sampai melonjak dua kali lipat.
Peningkatan itu juga turut dirasakan terhadap omzetnya. Wahyu mengaku rata-rata pendapatannya kini mencapai hingga Rp 25 juta per hari.
"Lumayan peningkatannya ya, dua kali lipat pesanan. Rata-rata sekarang Rp 20-25 juta sehari," beber Wahyu.
(aid/das)