Bos Garuda Curhat Sulit Kelola Maskapai di RI: Untungnya Cuma Single Digit

Bos Garuda Curhat Sulit Kelola Maskapai di RI: Untungnya Cuma Single Digit

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 07 Mar 2024 16:45 WIB
Dirut Garuda Indonesia
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra/Foto: Screenshoot 20detik
Jakarta -

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Irfan Setiaputra mengeluhkan sulitnya mengelola maskapai di Indonesia. Ia mengatakan, situasi perekonomian membuat biaya operasional maskapai naik. Alhasil, profit industri penerbangan tipis.

Awalnya dalam agenda Diskusi Forwahub Potensi Penumpang Udara 2024, Irfan mengatakan pihaknya sudah melakukan riset mendalam soal regulasi dunia penerbangan Indonesia. Ia mengaku setuju jika aspek keamanan dan kepentingan konsumen diatur, namun ia tidak setuju jika tarif terus dibatasi. Pasalnya, biaya operasional maskapai sampai saat ini terus meningkat.

"Saya sangat setuju bahwa safety itu di-regulate, saya juga setuju kepentingan konsumen itu diregulasi, saya sangat setuju. Tapi kalau komersial di-regulate lagi kita bisa apa? Ongkos meningkat, (harga) avtur meningkat, exchange rate meningkat, dolar dari pengoperasian pesawat meningkat," ucapnya di Kantor Kemenhub, Jakarta Pusat, Kamis (7/3/2024)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi perlu dipahami yang menjalankan maskapai itu mahal. Mohon dipahami itu dan yang naik pesawat di Indonesia itu kurang lebih 10% dari total jumlah penduduk kita," sambungnya.

Irfan lalu menjelaskan bahwa sehebat apapun maskapai, keuntungan yang diperoleh pasti sedikit. Jumlahnya disebut hanya single digit alias cuma satu digit. Oleh sebab itu, ia meminta agar semua pihak paham bahwa berbagai persoalan itu membuat tarif pesawat saat ini mau tidak mau meningkat

ADVERTISEMENT

"Dalam Industri aviasi itu industri sehebat apapun airline-nya margin keuntungannya single digit. Jadi mohon dipahami, saya mau tidak mau harus stand up dan dimaki-maki, seperti pak Putu (Direktur Angkutan Udara Kemenhub) tiap hari soal harga," jelasnya.

Irfan menilai sudah saatnya kebijakan tarif batas atas (TBA) pesawat dievaluasi. Sebab, sudah empat sampai lima tahun TBA tidak pernah dinaikkan. Ia pun mendorong agar masyarakat merencanakan kepergian dan memesan tiket dari jauh-jauh hari agar mendapatkan harga lebih murah. Di sisi lain, Irfan pun menjelaskan pihaknya mencoba untuk menghadirkan diskon.

"Kita punya solusi yaitu kalau anda memesan jauh-jauh hari, kemungkinan untuk mendapatkan harga lebih murah pasti terbuka. ke Jakarta bisa sampai 75% (diskonnya)," pungkasnya.

(ara/ara)

Hide Ads