Bapanas Jamin Kenaikan HET Beras Premium Cuma Sampai 23 Maret, Ini Alasannya

Bapanas Jamin Kenaikan HET Beras Premium Cuma Sampai 23 Maret, Ini Alasannya

Samuel Gading - detikFinance
Rabu, 13 Mar 2024 20:30 WIB
Salah satu pedagang beras di Pasar Jaya Rawamangun, Jakarta Timur, Wawan mengatakan harga beras medium saat ini di level Rp 14.000/kg, turun dari pekan lalu Rp 15.000/kg. Ada juga beras medium yang kualitasnya lebih bagus kini Rp 15.000/kg dari sebelumnya Rp 16.000/kg.
Ilustrasi/Foto: Aulia Damayanti/detikcom
Jakarta -

Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan kebijakan relaksasi alias kenaikan harga eceran tertinggi (HET) beras premium Rp 1.000 tidak akan diperpanjang.

Kenaikan HET tersebut hanya berlangsung selama dua minggu mulai 10-23 Maret 2024.

"Nggak. Malah PR (pekerjaan rumah) dari Komisi IV (DPR RI) disuruh duduk lagi untuk review," ungkap Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi di Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (13/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun Arief kemudian menjelaskan bahwa jika harga HET beras akan dievaluasi. Penetapan HET sebaiknya tidak dilakukan saat harga beras setinggi-tingginya. Menurutnya, situasi saat ini belum pas untuk melakukan review.

Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa pemerintah sudah membahas mengenai harga pembelian pemerintah (HPP) pada Maret 2023. Jika ada faktor-faktor yang perlu dirubah dalam agroinput alias perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha, perencanaan standar produksi, pengadaan tenaga kerja, serta pengadaan dan penyaluran sarana produksi bagi usaha tani, harus dibahas bersama-sama.

ADVERTISEMENT

"Apabila ada faktor-faktor agroinput yang perlu dikoreksi atau ditambahkan ya sama-sama kita adjust," ungkapnya.

Arief menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sedang menaruh perhatian pada dua hal. Pertama, harga di tingkat petani atau peternak alias Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP), serta harga di tingkat konsumen yakni inflasi.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Arief mengatakan bahwa inflasi diharapkan berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkisar di angka 5,05%.

"Kalau pertumbuhan ekonominya 5,05% kemudian inflasi 2,75% itu kan Indonesia salah satu negara yang bisa menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan inflasi. Negara lain seperti Turki inflasinya sudah 60%, kita tidak bicara Argentina, negara lain, itu inflasinya jauh di atas. Indonesia inflasinya masih sangat terkendali," pungkasnya.

(ara/ara)

Hide Ads