Harga emas belakangan ini terus merangkak naik. Adapun harganya pernah menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah Rp 1,2 juta/gram.
Chief Economists PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan nilai emas akhir-akhir ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi. Salah satu penyebab harga emas terus merangkak naik karena banyaknya permintaan dalam negeri.
Selain itu, dia menyebut emas masih menjadi salah satu instrumen investasi yang aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Emas masih dianggap instrumen emang kalau merujuk kepada nilainya lima tahun terakhir nilainya jauh lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Ini ya masih salah satu driver yang instrumen bisa dijadikan tempat menaruh sementara," dalam acara detikcom Leaders Forum 'Memantau Peluang di Tengah Ketidakpastian Ekonomi', Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Dia pun memperkirakan harganya akan mengalami kenaikan sebesar 7-10%. Untuk itu, dia pun mengimbau para investor untuk menghitung kembali return yang diharapkan selama tiga tahun ke depan.
"Dan ini harus di-account apakah ini ekspektasi return yg diharapkan dalam tiga tahun ke depan. Saya rasa masih ada kesempatan di mana tergantung dari investasi apabila melihat ada opportunity saya rasa semester dua akan lebih tinggi," jelasnya.
Senada, Direktur Eksekutif INDEF Esther Astuti menyebut para investor lebih memilih menggunakan emas sebagai instrumen investasi. Hal ini dikarenakan masih adanya ketidakpastian ekonomi global. Alhasil, banyak masyarakat yang menaruh portofolio asetnya ke emas. Komoditas itu dinilai lebih menjamin dibanding berbagai bentuk investasi lainnya seperti properti, saham, dan mata uang asing (currency).
"Kalau mau investasi di properti susah juga orang susah jualnya. Kalau mau investasi di currency volatile juga kan. Saham apalagi lebih volatile, jadi paling tinggi adalah emas. Jadi itu mengapa menjawab bahwa harga emas tinggi karena penuh ketidakpastian," jelasnya.
(rrd/rrd)