Sejumlah pengamat ekonomi dan kebijakan publik menilai wacana kebijakan libur tiga hari bagi pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diganti dengan pemberian insentif. Mereka menilai kebijakan itu tidak efektif.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Tauhid mengaku tidak sepakat dengan wacana yang dilontarkan oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Menurutnya, wacana tersebut bakal sulit diimplementasikan karena jam kerja pegawai BUMN tidak menentu dan sulit diukur.
"Problem-nya di praktiknya nanti sulit walaupun bisa. BUMN dalam level manajerial sulit dikontrol karena jam kerjanya tidak tentu. Kadang masuk siang dan sebagainya, sore sudah tidak ada. Secara normatif konsep itu bisa dilakukan tapi produktivasnya bisa tidak diukur?" ucap Tauhid kepada detikcom, Jumat (15/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, Tauhid juga menyinggung soal konsistensi kerja pegawai BUMN. Jika dikalkulasi, libur tambahan pada hari Jumat berarti setiap pegawai wajib menghabiskan waktu lebih dari 10 jam mulai dari Senin sampai Kamis.
Ia menilai hal ini akan jauh panggang dari api karena tidak semua pegawai BUMN memiliki beban kerja lebih atau sampai 10 jam dalam sehari.
"Pada praktiknya banyak yang tidak full Senin-Kamis tidak sampai 40 jam. Hari tertentu mungkin bisa sampai malam, tapi hari lain normal. Berarti, kan, tanggung. Tidak sampai 40 jam, katakan sekitar 36 jam, maka 4 jamnya kan tentu harus ke kantor lagi hari Jumat. Bagaimana menghitungnya?" tuturnya.
Oleh sebab itu, Tauhid menyarankan agar wacana libur tiga hari sebaiknya diganti dengan insentif atau pemberian uang lembur. Waktu ekstra yang dikeluarkan oleh pegawai BUMN bisa diganti dengan uang yang dihitung dari kehadiran kerja. Perhitungan insentif bisa dilakukan secara proporsional mengikuti gaji pokok. Lagi pula, BUMN memiliki berbagai perusahaan yang bergerak di berbagai sektor.
"Semisal dalam sebulan rasionalitasnya berapa, 2 jam dikali katakan berapa hari dari hari (kerja) efektif dia. Nah insentif itu ada perhitungannya seperti pekerja-pekerja industri. Kadang kalau mereka mengejar waktu produksi, bisa dapat lemburan tapi setiap hari. Itu yang bikin pekerja senang karena dapat insentif," jelasnya.
"Bisnis BUMN kan berbeda-beda, ada yang memang penting untuk office hour. Menurut saya lebih baik dievaluasi dulu wacananya, khawatirnya justru banyak keputusan penting yang bisa dilakukan di hari Jumat. Akan jauh lebih optimal kalau menggunakan skema insentif," sambungnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.