Brand kecantikan The Body Shop di Amerika Serikat (AS) dilaporkan bangkrut. Perusahaan juga menghentikan seluruh operasionalnya dan menutup puluhan toko di negara lain.
Meski begitu, The Body Shop Indonesia memastikan tetap buka dan mengembangkan bisnisnya di dalam negeri. Kepastian ini disampaikan langsung oleh CEO The Body Shop Indonesia, Suzy Hutomo.
"Dengan banyaknya berita yang beredar tentang penutupan bisnis di Amerika Serikat dan Kanada belakangan ini, saya ingin memberitahu Beauty Lovers bahwa The Body Shop Indonesia akan tetap ada dan terus berkembang di Indonesia," kata Suzy dalam pernyataan yang diunggah di Instagram resmi @thebodyshopindo, dilihat detikcom Sabtu (16/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut komitmen terhadap nilai otentik dari Anita Roddick, Founder dari The Body Shop, membuat bisnisnya terus berkembang. Menurutnya, brand kecantikan itu tetap antusias melayani konsumen.
"Komitmen terhadap nilai-nilai otentik Anita Roddick membuat kami terus berkembang. Kami bangga menjadi bagian dari keluarga Global Head Franchise The Body Shop, dan tentunya sangat antusias untuk terus melayani Beauty Lovers," tulisnya.
Ia juga menjelaskan The Body Shop Indonesia berada di bawah naungan Global Head Franchise, dan beroperasi secara independen. Hal ini berbeda dengan negara-negara yang dimiliki The Body Shop Internasional, seperti AS atau negara Eropa.
"The Body Shop Indonesia berada di bawah naungan Global Head Franchise dengan pertumbuhan konsisten, terutama di Asia. Kami beroperasi secara independen, berbeda dengan negara-negara yang dimiliki oleh The Body Shop International, Ltd., seperti di Eropa dan Amerika," ujarnya.
Sebelumnya, The Body Shop dilaporkan menghentikan seluruh operasional mereka di Amerika Serikat dan akan menutup puluhan toko lainnya yang berada di Kanada. Penutupan ini dilakukan setelah perusahaan tersebut mengajukan kebangkrutan.
Melansir dari CNN, Senin (11/3/2024), perusahaan kosmetik yang berbasis di Inggris itu mengumumkan bahwa anak perusahaannya di AS sudah mengajukan kebangkrutan dan tidak lagi beroperasi sejak 1 Maret kemarin. Menurut perusahaan, kondisi ini terjadi akibat inflasi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
(ily/das)