Erick Buka-bukaan Dampak Konflik Israel-Iran dan Dolar AS Meroket ke BUMN

Erick Buka-bukaan Dampak Konflik Israel-Iran dan Dolar AS Meroket ke BUMN

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 21 Apr 2024 07:05 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir
Menteri BUMN Erick Thohir (Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom)
Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir buka-bukaan tentang dampak yang ditimbulkan dari konflik Israel-Iran hingga pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tembus Rp 16.200/US$.

Salah satu dampak yang terasa ialah peningkatan terhadap jumlah kontrak kerja BUMN holding BUMN pertahanan yaitu Defend ID. Hal ini didorong oleh negara-negara di dunia yang saat ini mulai meningkatkan alokasi anggarannya terhadap sektor pertahanan.

Defend ID sendiri terdiri atas lima perusahaan, antara lain PT LEN Industri sebagai induknya, lalu Pindad, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Dahana sebagai anggota holding.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasti Defend ID akan mendapat peningkatan dari kontrak kerja. Apakah itu dimaintenance,apakah itu di pengadaan," kata Erick ditemui di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/4/2024).

Meski demikian, Erick tidak dapat merincikan berapa banyak dan nilainya. Namun, ia mendapat laporan bahwa ada kesepakatan antara PT Len dengan perusahaan multinasional Prancis di bidang kedirgantaraan, pertahanan, keamanan, dan transportasi, Thales Group.

ADVERTISEMENT

Di samping itu, menurutnya kondisi ini tidak akan membuat anggaran pertahanan Indonesia bengkak. Erick menjelaskan selama ini alokasi anggaran telah dilakukan sesuai dengan rencana yang ada. Apalagi dengan melihat kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diterapkan di Indonesia.

Gerak Cepat Kementerian BUMN

Erick mengatakan, saat konflik tersebut mulai terdengar, dirinya bergerak cepat langsung menghubungi jajaran direksi BUMN. Ia meminta agar direksi menyiapkan langkah antisipasi atas dampak terhadap finansial perusahaan.

"Ketika ada situasi seperti itu saya langsung call ke banyak direksi, harus benar-benar mengantisipasi ya. Saya tidak hanya bicara utang jatuh tempo, opex, capex, tapi di situ kalau dilihat juga aksi korporasi saya masukin, karena persaingan di Asia Tenggara ini juga ini biting up, memanas," ujarnya.

Memburuknya situasi geopolitik dunia imbas konflik Iran-Israel ini ditakutkan akan mendatangkan dampak negatif dan membebani BUMN. Hal ini terutama bagi yang bergantung pada bahan baku impor serta yang punya porsi utang luar negeri besar dalam dolar AS seperti MIND ID, PLN, Pertamina, hingga BUMN Farmasi.

"Itulah kemarin saya warning, bagaimana optimalisasi perusahaan-perusahaan BUMN ini harus benar-benar buka mata dengan situasi ini. Kemarin saya telepon itu dirut-dirutnya, bahkan saya wa, supaya mengantisipasi ini, jangan gini lho, karena masing-masing BUMN punya dinamika yang berbeda,"katanya.

Oleh karena itu, sebagai menteri, Erick mengaku tidak memberikan arahan berupa kebijakan mutlak kepada perusahaan-perusahaan terkait. Satu hal yang menurutnya wajib untuk dilakukan ialah dilakukannya stress test oleh setiap perusahaan.

Di samping itu, ia juga mendorong agar perusahaan-perusahaan pelat merah lebih agresif di tengah gejolak geopolitik ini. Menurutnya, momentum ini justru harus dimanfaatkan untuk terus bergerak dan menggaet mitra potensial. Ia menilai, justru bisa saja peluang-peluang bermunculan di tengah kondisi seperti ini.

"Waktu Covid memang BUMN kantornya tutup? Nggak. Kita tetap melakukan penugasan penangan covid, tapi kita tetap melakukan aksi korporasi banyak sekali. Apakah konsolidasi, apakah merger, apakah caripartner," ujar dia.

"Nah justru dengan situasi seperti ini saya sudah ingatkan di kementerian, justru kita jangan slowing down, justru kita harus agresif. Siapa tau di tengah situasi seperti ini ada opportunity," sambungnya.

Menurutnya, peluang-peluang untuk menggaet investor potensial justru bisa banyak bermunculan di kondisi seperti saat ini. Pasalnya, menurutnya Indonesia sendiri termasuk ke dalam negara yang stabil secara ekonomi dan politik bagi sejumlah pihak, berkaca dari penanganan Covid lalu.

Erick sendiri telah menaikkan target kinerja BUMN untuk 6 bulan ke depan. Misalnya saja dari sisi dividen, rencananya akan naik dari sebelumnya Rp 81 triliun menjadi Rp 85 triliun. Karena itu pula lah dirinya mewanti-wanti para BUMN untuk waspada dari sekarang.

"Nah kalau nggak warning dari bulan Maret-April ini, takutnya kita terlena karena performa kita bagus. Nah kalau dividen tahun depan nggak tercapai, inilah yang saya warning, karena kan naik suku bunga, ini itu. Percayalah kita inikan bukan transaksi yang konsumtif, tapi memang untuk modal kerja dan lain-lain," pungkasnya.

(shc/das)

Hide Ads