Perum Bulog telah menyerap 633 ribu ton setara gabah atau 329 ribu ton setara beras. Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan masih ada sejumlah kendala yang dihadapi dalam proses penyerapan ini.
Pertama, adalah periode panen pendek tetapi jumlah panen banyak. Bayu mengatakan hal ini membuat petani lama mengantri agar padi yang dihasilkan bisa masuk ke proses pengering Bulog maupun penggilingan mitra Bulog.
"Dengan jumlah yang banyak, tapi waktu yang pendek. Sehingga semua rebutan, rebutan untuk masuk ke Bulog maupun penggilingan padi," kata Bayu di Bulog Corporate University Kamis (25/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu yang pendek ini menimbulkan kendala di mesin pengering. Karena pada saat yang sama mataharinya masih ada dan tiada seperti sore hari ini. Jadi mau dijemur pakai lantai jemur sangat tergantung sinar matahari, padahal mataharinya mendung, kadang hujan," sambungnya.
Sementara masalah kedua, adalah dampak dari dari situasi pupuk di tahun 2023 dan awal tahun 2024. Gara-gara hal itu, komposisi ketersediaan pupuk tidak optimal, hal itu pun berpengaruh terhadap tidak optimalnya kualitas gabah petani.
"Jadi pecahnya banyak, kuningnya banyak. Ini nggak masuk ke tabel persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Tapi kalau untuk kadar air kami terpaksa menegakkan disiplin, (sedangkan) kalau untuk yang lain itu kami berusaha mencari cara atau solusinya," ucapnya.
Hingga saat ini, Bayu pun menjelaskan bahwa Bulog memiliki stok beras cukup banyak. Jumlahnya berkisar di angka 1,457 juta ton.
"Jumlah yang agak banyak ini terjadi karena program bantuan pangan belum berjalan, masih menunggu update data. Mudah-mudahan dalam minggu ini segera selesai, dan nanti kita segera salurkan bantuan pangan itu dalam sisa bulan Mei-Juni, untuk 3 bulan jumlahnya," ujar dia.
(kil/kil)