Pesan Penting buat McDonald's-Starbucks biar Diserbu Pembeli

Pesan Penting buat McDonald's-Starbucks biar Diserbu Pembeli

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 02 Mei 2024 13:28 WIB
Kota Kinabalu, Malaysia - October 05, 2017: McDonalds logo against sky. McDonalds Corporation is the worlds largest chain of hamburger fast food restaurants.
Foto: (Rumondang/detikcom)
Jakarta -

Perusahaan makanan cepat saji global di Amerika Serikat disarankan melakukan promosi besar-besaran untuk memikat pelanggan yang terdampak inflasi dan memilih makan di rumah. Sebab, dampak dari hal tersebut sudah terlihat dari menurunnya angka penjualan sejumlah perusahaan cepat saji seperti McDonald's dan Starbucks.

Harga menu makanan cepat saji global tercatat meningkat selama setahun terakhir. Pasalnya, berbagai perusahaan berupaya memitigasi kenaikan biaya komoditas dan rantai pasokan. Namun, hal ini ternyata membuat permintaan masyarakat AS menurun dan membuat masyarakat cenderung mengonsumsi masakan di rumah.

Sebab, Indeks Kepercayaan Konsumen AS terpantau turun selama tiga bulan berturut-turut. Menurut survei yang dilakukan oleh kelompok riset, The Conference Board, mayoritas warga AS kini cenderung ingin berhemat. Selama enam bulan mendatang, sebanyak 44,8% dari masyarakat yang disurvei mengaku ingin mengurangi pembelian makanan di luar rumah untuk menghemat uang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kurangnya penawaran nilai telah membuka konsumen untuk berbelanja berbagai pilihan, baik itu dari perusahaan waralaba lain maupun toko kelontong," kata Manajer Portofolio Carnegi Investment Counsel, Razmig Poundardjian, dilansir dari Reuters, Kamis (2/5/2024).

Melesunya permintaan konsumen, khususnya rumah tangga berpendapatan rendah, pun dirasakan oleh industri makanan kemasan. Pertumbuhan penjualan kue dan makanan ringan mengalami perlambatan.

ADVERTISEMENT

"Kelesuan berkelanjutan pada biskuit AS didorong oleh merek-merek yang memiliki penetrasi tinggi di kalangan rumah tangga berpendapatan rendah seperti merek Chips Ahoy," kata Chief Financial Officer Mondelez, Luca Zaramella.

Sementara itu, CEO Kraft Heinz, Carlos Abrams-Rivera pada Rabu (1/5), juga menegaskan bahwa permintaan masyarakat untuk makan di restoran kini menurun khususnya dari rumah tangga berpenghasilan rendah.

Selain melesunya permintaan rumah tangga AS, industri makanan cepat saji global juga terkena dampak dari melambatnya perekonomian China. Starbucks memperkirakan jumlah penjualannya secara global hanya naik satu digit. CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, mengatakan bahwa pelanggan kini cenderung makan di rumah.

McDonald's, yang sering dikonsumsi masyarakat berpendapatan rendah, bahkan mencatat penjualan globalnya turun selama empat kuartal berturut-turut. Perusahaan tersebut kini terpaksa untuk meningkatkan upaya penawaran produknya.

"Saya pikir penting untuk menyadari bahwa semua kelompok pendapatan mencari nilai," kata CEO McDonald's, Chris Kempczinski, pada Selasa (30/4/2024).

Sejumlah perusahaan yang menggencarkan promosi pun tercatat mengalami dampak positif. Dua di antaranya adalah Domino's Pizza dan induk perusahaan Burger King yakni Restaurant Brand.

Sepanjang tahun ini, nilai saham Domino's Pizza meningkat 27%, sementara Restaurant Brand turun 6%. Adapun nilai saham McDonald's, turun 8%. Sementara nilai saham Starbucks, turun 22%.

Lihat juga Video: Tanggapan Starbucks soal Konflik di Gaza

[Gambas:Video 20detik]



(hns/hns)

Hide Ads