Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bicara terkait dengan tantangan dalam menyelesaikan masalah stunting. Menurutnya, tantangan terbesarnya ialah menyangkut penyaluran modal.
Pandangan ini disampaikannya dalam acara Temu Pemangku Kepentingan Gerakan Anak Sehat-Kolaborasi Inklusif Pengusaha Indonesia Atasi Stunting (GAS-KIPAS STUNTING APINDO).
"Masalah di Kemenkes Itu kita uangnya banyak tapi modelnya nggak ketemu. Kemarin ada komplikasi mesti ngurus ini itu, ngurus ke Pemda segala macem tapi modelnya nggak ketemu. Jadi stunting turunnya pelan," kata Budi, di Jakarta Selatan, Rabu (8/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Budi Gunadi berterima kasih terhadap pihak-pihak yang membantu menyukseskan Program GAS-KIPAS STUNTING sehingga dihasilkanlah model paling sesuai untuk mengoptimalkan alokasi pendanaan dalam pencegahan stunting.
Budi sendiri merasa takjub tatkala mengetahui bahwa anggaran yang dikeluarkan Apindo untuk Program GAS-KIPAS STUNTING ini mencapai Rp 50 miliar, tidak sebesar anggaran Kemenkes, namun dampaknya luar biasa. Adapun Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Bidang Kesehatan untuk Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Kemenkes mencapai Rp 1,9 triliun.
"Begitu kita lihat, modelnya sudah ketemu, gimana mau nurunin ini, sekarang tinggal di-replicate. Jadi aku terima kasih. Luar biasa teman-teman, kalian bantu aku. Saya punya PMT dana Rp 1,9 triliun. Aku bisa bayar orang-orang ratusan miliar, tapi itu nggak jadi apa-apa sama kayak vaksin. Vaksin gratis, berapa dulu US$ 10 miliar. Kasih ke Pemda, nggak jadi. Akhirnya kasih ke Apindo cepet, satset sat set," ujarnya.
Berkaca dari hal ini, menurutnya program Apindo dalam penanganan stunting sangat efisien sehingga patut direplikasi dan diperluas. Ia juga meminta bantuan kepada Apindo untuk mereplikasi dan memperluas program ini hingga ke 12 provinsi. Dalam hal ini, dari semula 1.000 posyandu sebagai target, harapannya bisa mencapai 10.000 posyandu.
"Aku minta tolong, di-replicate-nya jangan 1.000 (posyandu) dong, minimal 10.000 (posyandu)," kata dia.
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani mengatakan, pihaknya akan ekspansi ke 12 provinsi, dengan berfokus pada 5 provinsi utama yang telah terlebih dulu teridentifikasi. Adapun ekspansi ini akan mulai dilakukan bulan Juni 2024.
"Sekarang kita memiliki model yang sudah berjalan dan berhasil sebagai pilot. Kita sekarang berani untuk melakukan ekspansi dan scale up. Kalau memang hal ini bisa dibantu oleh pemerintah itu akan lebih cepat Jadi kita melakukan bersama-sama agar lebih cepat jalannya," ujar Shinta, ditemui usai acara.
Sebagai tambahan informasi, Program GAS-KIPAS STUNTING merupakan langkah Apindo bekerja sama dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi (AIPGI) bersama mitra perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dengan mengikuti pedoman teknis dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk mengatasi masalah stunting.
(shc/rrd)