Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara soal dampak ekonomi dari insiden kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi. Menurutnya, dampak kematian Raisi ke perekonomian dunia bakal dibahas dalam penyusunan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) dengan DPR.
"Kita lihat saja nanti bacaannya secara lengkap ketika kita bahas dengan DPR," ungkap Sri Mulyani ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2024).
Bukan cuma soal dampak ekonomi dari kematian Presiden Iran, dalam rapat dengan DPR itu akan dibahas juga mengenai nilai tukar rupiah yang melemah dan mendekati Rp 16.000 belakangan ini.
"Minggu depan ini semua fraksi akan menyampaikan pandangan. Dalam pembahasan itu nanti asumsi makro bakal dibahas, nilai tukar, inflasi, nilai suku bunga, harga minyak, nanti itu bakal jadi forum formal yang membahas dari berbagai sudut pandang. Perubahan yang terjadi di dunia juga kan akan cepat sekali dinamikanya," papar Sri Mulyani.
Menurutnya, dengan pembahasan KEM-PPKF dengan fraksi-fraksi di DPR pemerintah akan mendapatkan masukan dan pandangan yang paling aktual dari situasi terkini pada perekonomian secara nasional maupun global.
Sri Mulyani sebelumnya sudah sempat menyampaikan asumsi KEM-PPKF dalam Rapat Paripurna DPR. Beberapa indikator yang disampaikan antara lain pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,1-5,5%, yield SBN 6,9-7,3%, dan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS di level Rp 15.300-16.000.
Lalu, tingkat inflasi ditargetkan 1,5-3,5%, harga minyak ICP US$ 75-85 per barel, lifting minyak 580-601 bopd, lifting gas 1.003-1.047 juta bsmph.
Simak juga Video: Sanksi Onderdil Penyebab Helikopter Presiden Iran Jatuh, AS Ogah Minta Maaf
(hal/hns)